Apa jejak Fadly yang bisa direkam? Fadly gagal total di kota super kecil, Padang Panjang, yang pernah dipimpinnya. Dia tidak berbuat apa-apa di kota yang hanya berpenduduk 62.731 jiwa saja. Jumlah yang sangat tidak sebanding dengan Kota Padang yang hendak dipimpinnya: 919.145 jiwa. Bahkan dibanding Kecamatan Koto Tangah saja, Padang Panjang jauh lebih kecil. Kecamatan Koto Tangah berpenduduk 203.475 jiwa.
Iqbal bagaimana? Beliau sering membanggakan diri sebagai seorang rektor perguruan tinggi. Hasil lacakan, beliau memang seorang rektor. Rektor sebuah kampus kecil di Jalan Raya Jati Waringin 36 Cipinang Melayu Jakarta Timur. Nama perguruan tingginya SWINS atau Institut Bisnis dan Komunikasi Swadaya. Tidak diketahui berapa jumlah mahasiswa yang dikelola Iqbal di SWINS yang punya 3 program studi S.1: Akuntansi, Manajemen dan Ilmu Komunikasi. Di samping program studi S.2 Akuntansi dan Manajemen yang menurut pangkalan Dikti tidak terakreditasi.
Dari profil perguruan tinggi yang dipimpinnya, kelihatan Iqbal belum punya rekam jejak memimpin manusia dengan jumlah yang banyak dan wilayah yang luas.
Kabarnya sebelum menjabat Rektor SWINS, Iqbal adalah tenaga ahli (TA) salah seorang anggota DPR-RI dari fraksi PKS. Soal TA ini, saya pernah mendengar informasi dari seorang mantan anggota DPR-RI. Katanya, senyatanya TA itu jarang yang benar-benar ahli. Pada umumnya, TA adalah staf yang kerja utamanya adalah tukang bawa-bawa tas anggota DPR yang didampinginya.
Satu hal yang mungkin dapat diunggulkan dari Iqbal adalah kemampuannya mempertegang urat lehernya dalam setiap forum debat yang di masa Pilpres sering kita lihat di layar kaca.
Hendri memang terjepit diantara 2 orang “pintar”: yang satu “pintar” berpidato dan yang satu lagi “pintar” berdebat. Pilihan pada 27 Nopember nanti tentu bergantung kepada rakyat pemilih, apakah akan memilih calon Walikota yang bisa kerja atau Walikota yang sekadar piawai omon-omon: jago berpidato dan berdebat.(*)
