Sebagai contoh, Mahyeldi menyebut daerah yang berhasil mengembangkan potensi lokal sebagai destinasi wisata kuliner, seperti kawasan Simpang Pinyaram di Kabupaten Padang Pariaman. KWT Sungai Tarab dapat memanfaatkan peluang serupa dengan menjual kerupuk ubi dan jagung yang bisa menarik minat pengunjung.
“Jika di sepanjang jalan ada yang berjualan kerupuk ubi, pasti akan menjadi daya tarik bagi orang yang lewat dan membantu perekonomian warga sekitar,” ujarnya.
Mahyeldi juga menyuarakan gagasan konsep ‘Satu Kampung Satu Produk’ agar Nagari atau Desa memiliki produk unggulan yang menjadi ciri khas dan dapat dipasarkan lebih luas.
“Kita juga mengajak KWT untuk membentuk kelompok sadar wisata (Pokdarwis) agar potensi wisata lokal dapat digarap dengan lebih maksimal,” katanya.
Mahyeldi, didampingi Vasko Ruseimy, optimistis bahwa usaha kreatif ini bisa memberikan manfaat ekonomi jangka panjang bagi masyarakat.
Lebih lanjut, ia membuka peluang bagi KWT Sungai Tarab untuk mengajukan bantuan modal usaha kepada Pemprov Sumbar. “Silakan ajukan bantuan kepada dinas terkait, baik untuk bibit pertanian, ikan, maupun lainnya. Kami siap mendukung,” katanya, dengan target pengembangan ekonomi desa yang diharapkan berjalan hingga tahun 2030.
Di akhir pertemuan, Mahyeldi berharap KWT di Sungai Tarab terinspirasi untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui usaha kreatif dan produktif. (*)
