“Tugas pemerintah membina saja melalui kelompok sadar wisata (pokdarwis). Melalui pokdarwis masyarakat dilatih bagaimana melayani dan membuat tamu nyaman, mengemas produk yang memiliki daya jual tinggi,” terangnya.
Berkembangnya destinasi wisata ini nagari ini berdampak cukup besar terhadap pembukaan lapangan kerja. Mereka yang bekerja di sektor pariwisata di nagari ini sudah menerima gaji atau honor standar Upah Minimum Regional (UMR). Dengan berkembangnya destinasi wisata di nagari ini, ke depan menurutnya, butuh regulasi berupa peraturan nagari, untuk memungut biaya retribusi. Karena kalau tanpa ada regulasi tersebut jika dipungut biaya bisa masuk kategori pungutan liar (pungli). Tidak hanya pengembangan destinasi wisata, pemerintahan nagri juga peduli dengan seni dan budaya kearifan lokal nagari ini. Nofrizal menyebutkan, setiap tahun sudah menganggarkan untuk kegiatan kesenian.
“Kita punya Legusa (Lereng Gunung Sago) Festival yang dikembangkan oleh Karang Taruna dan penggiat seni. Festival ini disupport pemerintahan nagari dan sudah jadi kalender tahunan yang mampu menarik kunjungan wisatawan,” terangnya.
Datangnya wisatawan datang bukan berarti tanpa tantangan. Tantangan terberatnya dari penerimaan masyarakat. “Saya sebagai wali nagari harus siap dengan ketidaknyamanan yang muncul dari masyarakat. Adanya premanisme dan lainnya, harus siap. Namun, masyarakat secara umum basic-nya ramah menerima tamu,” terangnya.
Inovasi yang dilahirkan di nagari ini ungkap Nofrizal, dengan memanfaatkan dana desa. Jika dulunya dana desa target penggunaannya untuk memperbaiki jalan dan irigasi. Namun, beberapa tahun terakhir pemanfaatkan dana desa yang diprioritaskan pemerintah pusat untuk pengembangan pariwisata, BUMNag dan digitalisasi.Nofrizal mengungkapkan, nagari ini sudah mulai memenuhi prioritas pemerintah tersebut sudah sejak tahun 2016. Pengembangan digitalisasi sudah dimulai sejak 2017. “Nagari ini menjadi pelopor digitalisasi. Kawan-kawan programer buat perkumpulan dan buat berbagai program digitalisasi,” ungkapnya.
Nofrizal menambahkan, nagari ini meraih penghargaan Desa Terbaik Nasional di Regional 1 Sumatera, karena salah satu yang dinilai Kemendagri pada penilaian tersebut pemanfaatan dana desa untuk belanja berkualitas. “Secara umum yang dilihat, dana desa yang dikelola mampu memaksimalkan potensi ekonomi baru dan membuka lapangan kerja, serta digitalisasi desa dan kearifan lokal melalui program dan kegiatan. Kita sudah menerapkannya melalui pengembangan pariwisata. Terkait tata kelola, di pemerintahan nagari ini kelengkapan dokumen administrasi pemerintahannya paling lengkap,” terangnya.(fan)
