JAKARTA, METRO–Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (KPPPA RI) mengadakan dialog interaktif dengan media sebagai mitra kerja terkait. Bertajuk “Aksi dan Kolaborasi Pentahelix: Penguatan Media dan Pers dalam Pencegahan dan Respon Kekerasan Berbasis Gender”, Senin (30/9). Bertempat di Hotel Santika Premiere Hayam Wuruk Jakarta Barat dan diikuti oleh berbagai media melalui Link Zoom Meeting.
Kegiatan ini meliputi talkshow dan workshop yang bertujuan memperkuat peran media dalam mewujudkan nol toleransi terhadap kekerasan berbasis gender. Serta peran media sangat penting untuk membentuk opini publik yang mendukung pencegahan kekerasan dan perlindungan korban.
Hadir Deputi perlindungan hak perempuan KEMENPPPA, Ratna Susianawati serta ketua dewan pers, Dr.Ninik Rahayu. Turut hadir Direktur program Bertia LPP TVRI, Arif Adi Kuswardono, Gender Program Specialist UNFPA, Risya Ariani Kori juga Social Activist & Content Creator, Nabila Ishma. Kemudian ada Redaktur Eksekutif tempo, Yandrie Arvian serta Ketua Bidang Media dan Networking JRKI, Akhmad Rofahan.
Ketua dewan pers Ninik Rahayu mengatakan bahwa media harus punya tanggungjawab terhadap impact pemberitaan yang dibuat. Ia mengungkapkan bahwa di tahun 20212 sudah ada pedoman media cyber. “ Kekerasan berbasis gender itu yang mengakibatkan penderitaan yang paling tinggi itu dialami oleh perempuan”, ungkapnya.
Risya Ariani Kori, Gender Program Specialist UNFPA mengatakan, peran media mempunyai dampak yang luar biasa terhadap perubahan. Ada satu program yaitu program pelibatan orang muda dan media untuk pencegahan dan penanganan kasus kekerasan berbasis gender. Dan di 145 negara terbukti ketika dilakukan research sekolah London school of academic, bisa meningkatkan 30 persen kasus-kasus pelaporan terhadap kekerasan berbasis gender.
