Kedua, intelektualitas. Seorang pemimpin harus memiliki otak yang canggih, punya ide segar dan solusi kekinian.
“Kita hidup di era digital dan Gen Z butuh pemimpin yang otaknya based on point! Bukan yang hanya pakai cara-cara lama, tapi yang inovatif dan mengerti perkembangan juga. Sumbar butuh yang visioner, bisa lihat ke depan, dan punya ide segar buat menghadapi tantangan zaman,” katanya.
“Contohnya, bagaimana membuat Sumbar lebih maju secara digital, ngembangin ekonomi kreatif dan pastinya kasih solusi buat masalah klasik. Uda Vasko sudah memberikan gagasan tentang Nagari Creative Hub. Tentu ini peluang juga buat kami anak muda sesuai segmentasi kompetensi masing-masing. Dengan memaksimalkan tren digitalisasi, tentu ini bagus untuk perkembangan ekonomi kreatif Sumbar ke depan,” sambungnya.
Selanjutnya, elektabilitas. Pemimpin yang dikenal dan pesonanya melekat, kata Indra juga tak kalah penting. Meski memiliki ide atau moralitas, jika seorang pemimpin tak memiliki kedekatan dengan rakyat, juga menjadi kendala.
Pemimpin idaman, katanya harus turun ke lapangan, bisa dekat dengan berbagai kalangan, baik yang muda, tua atau yang di tengah-tengah.
Apalagi di Sumbar yang adatnya kental juga nilai religiusnya tinggi, pemimpin yang baik pasti mampu berkolaborasi dengan budaya lokal tanpa terlihat ketinggalan zaman.
Pemimpin yang ideal punya pesona yang nempel terus tapi tetap keren dengan etika dan intelektualitasnya , juga dapat respect dari generasi tua sambil tetep relevan buat kita. Jadi, kalau dirangkum, pemimpin yang diidam-idamkan Gen Z Sumbar itu tidak cuma soal menang Pilkada. Tapi, kami butuh yang etikanya keren, otaknya canggih, pesonanya nempel. In Mahyeldi-Vasko we trust,” tuturnya. (*)
