Begitu dia sampai rumah, justru kabar duka yang diterima. Asril begitu sedih, apalagi Nia meninggal dalam kondisi tak wajar. Asril mengenang sosok anak keduanya itu sebagai pekerja keras. Nia banting tulang menjual gorengan untuk biaya masuk perguruan tinggi. Nia ingin menjadi pekerja kantoran.
“Kepada saya, Nia mengatakan ingin jadi pekerja kantoran. Nia baru saja tamat sekolah di Institut National Safi’i (INS) Kayu Tanam dan ingin kuliah,” kata Asril.
Keinginan itulah, lanjut Asril, yang membuat Nia sangat bersemangat menjajakan gorengan dari rumah ke rumah. Gorengan yang dia jual itu bukan dibuat sendiri melainkan gorengan yang dibuat oleh orang lain dan Nia yang menjajakan.
“Hasil jualan gorengan dibagi dengan orang yang punya. Demi cita-cita meskipun sedikit hasil ia kumpulkan dan ia tabung,” ucap Asril.
Menurutnya, hal yang membuat Nia tambah semangat mengumpulkan receh-receh adalah adanya bantuan Rp 1,5 juta untuk biaya masuk kuliah.
“Ada yang membantu Nia sebanyak Rp 1,5 juta untuk biaya masuk kuliah. Iya bertambah semangat dengan bantuan itu, kumpulkan receh-receh,” ungkap Asril.
Nia juga merupakan anak yang pintar. Selama sekolah, Nia selalu mendapat peringkat sehingga pihak sekolah juga menawarkan beasiswa untuk biaya perkuliahan.
“Namun ini takdir Allah, Nia telah wafat terlebih dahulu sebelum cita-citanya untuk jadi pekerja kantoran itu tercapai,” kata Asril sembari berusaha menahan tangis.
Polisi Buru Pelakunya
Terpisah, Kasat Reskrim Polres Padangpariaman AKP Reggy mengatakan, pihaknya masih menyelidiki kasus tewasnya Nia. Bahkan, pihaknya sudah memeriksa sejumlah saksi, keluarga, tetangga hingga tiga pemuda. Anjing pelacak juga diterjunkan untuk membantu penyelidikan.
“Kami telah periksa beberapa saksi. Di antaranya adalah satu orang yang terakhir melihat korban, keluarganya yaitu ibu dan kakak perempuannya, dan tiga orang pemuda di Nagari tersebut,” kata AKP Reggy kepada wartawan, Selasa (10/9).
Dijelasan AKP Reggy, sebenarnya ada satu lagi pemuda yang dijadwalkan untuk dilakukan pemeriksaan. Namun pemuda tersebut kabur, tidak ada di rumahnya.
“Dari empat pemuda tersebut satu di antaranya belum ditemukan sampai saat ini, kita masih melakukan pengejaran,” kata Reggy.
AKP Reggy memastikan hingga saat ini polisi belum menentukan tersangka. Semua pihak yang diperiksa masih berstatus saksi. Selain itu, pelaku juga masih diburu dan pihaknya masih terus berupaya sekuat tenaga atau menggerakkan sumber daya untuk mengungkap kasus ini,
“Anjing pelacak dikerahkan menyusuri lokasi kejadian pada pukul 17.00 WIB, Selasa (10/9), untuk mencari barang bukti. Pakaian yang dikenakan korban belum didapatkan. Mudahan-mudahan kasus ini segera kami tuntaskan dan pelakunya bisa ditangkap,” ulas AKP Reggy. (*)












