“Data yang digunakan secara nasional adalah data SKI. Jika kita mengacu pada data SKI, maka telah terjadi penurunan kasus stunting Padang Panjang sebanyak 1% dari 16,8% tahun 2022 menjadi 15,8% tahun 2023,” sampainya.
Capaian 2023 belum memenuhi target nasional 14 persen pada 2024. Sampai akhir 2024 ini prevalensi stunting seluruh daerah akan terus dievaluasi. Padang Panjang masih perlu melakukan beberapa upaya lagi, karena belum memenuhi target nasional, yang diperlukan aksi dan hasil dari kinerja yang telah dilakukan.
“Kerja kita belum selesai. Masih banyak yang perlu kita lakukan lagi untuk mencapai angka 14 persen ini. Apa kendala yang ada di lapangan segera laporkan. Satu tahun kita hanya bisa menurunkan 1 persen, untuk itu perlu upaya kita dua kali lipat ditahun ini. Mari kita bahu-membahu menurunkan angka stunting. Ini tugas kita bersama,” pungkasnya.
Sementara itu Kepala Dinkes, dr. Faizah menyampaikan, aksi ketujuh yang dilakukan ini sebagai upaya dalam menekan angka stunting. Dinkes sebagai penanggung jawab aksi ketujuh ini. “Aksi ketujuh inilah yang akan memperlihatkan sebaran data yang telah kita lakukan dari semua aksi,” sebutnya. Berdasarkan data hasil evaluasi semester I Kemendagri untuk Kota Padang Panjang, tambah Faizah, data catin masih berada diangka 63, 02 persen, pantauan balita 89,3, ibu hamil 58,1 persen, serta keluarga beresiko stunting 74,76 persen. (rmd)
