Penjabat (Pj) Bupati Kepulauan Mentawai, Fernando Jongguran Simanjuntak, S.St., Pi., M.Pi., menyambut kunjungan kerja Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, dalam rangka pelaksanaan Apel Kesiapsiagaan Bencana dan Simulasi Penanganan Darurat potensi Megathrust. Kegiatan tersebut berlangsung di lapangan Gedung GKPM Pniel, Kamis, (5/9).
Dalam acara tersebut, Kepala BNPB memimpin apel kesiapsiagaan serta menyerahkan bantuan logistik. Ia juga menyaksikan simulasi penanganan bencana yang diperagakan oleh Kelompok Siaga Bencana (KSB) Sikerei Desa Tuapejat, KSB Sipora Jaya, dan KSB Sipora Utara.
Kepala BNPB turut memberikan dukungan bantuan kepada pemerintah daerah dan masyarakat Kabupaten Kepulauan Mentawai berupa dukungan operasional Dana Siap Pakai sebesar 200 juta rupiah serta logistik dan peralatan meliputi 2 unit tenda pengungsi, 30 unit tenda keluarga, 30 unit velbed, 200 lembar matras, 200 lembar selimut, 2 unit light tower, 2 unit genset, 50 lembar kasur lipat, 200 paket hygene kit dan 200 paket sembako.
Sebelumnya BNPB telah melakukan kesiapsiagaan menghadapi potensi ancaman megathrust, seperti penyelenggaraan latihan gabungan skala internasional Mentawai Megathrust Disaster Relief Exercise pada tahun 2014, latihan ASEAN Disaster Emergency Response Simulation Exercise (ARDEX) di Kota Cilegon pada tahun 2018, mitigasi vegetasi di Pantai Cemara Sewu Cilacap tahun 2021, maupun Ekpedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) yang menyasar 512 di 24 kabupaten/kota yang berada pada pesisir selatan Pulau Jawa.
Saat ini BNPB mendapatkan dukungan Indonesia Disaster Resilience Initiative Programs atau IDRIP dalam kesiapsiagaan untuk menghadapi ancaman gempa bumi dan tsunami, melalui penguatan pusat pengendalian operasi, destana, peringatan dini maupun penyusunan dokumen rencana kontinjensi.
Selain itu, latihan kesiapsiagaan yang dilakukan bekerja sama dengan BPBD, seperti simulasi evakuasi mandiri pada Hari Kesiapsiagaan Bencana Kota Padang tahun 2021.
Kemandirian masyarakat Pulau Sipora, Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam membangun kesiapsiagaan telah dilengkapi dengan fasilitas Tempat Evakuasi Sementara (TES) dan Tempat Evakuasi Akhir (TEA).
Pj. Bupati Fernando menyampaikan bahwa Kepulauan Mentawai memiliki potensi tinggi terhadap bencana gempa bumi dan tsunami. “Kondisi ini menuntut kita untuk lebih waspada dan memperkuat kesiapsiagaan. Setiap menit, setiap detik, sangat berharga ketika bencana datang,” ucapnya.
Ia juga menekankan pentingnya kesiapan menghadapi potensi gempa berkekuatan 8,9 skala Richter yang diprediksi dapat memicu tsunami setinggi 20 meter. Fokus utama mitigasi bencana berada pada 10 desa pesisir yang langsung berada di jalur tsunami.
Fernando juga mengapresiasi kerja sama BPBD, BMKG, dan masyarakat dalam meningkatkan kesiapsiagaan di Desa Tua Pejat yang telah memenuhi 12 indikator internasional Tsunami Ready Community. Selain itu, teknologi pendukung seperti Warning Receiver System (WRS) dan alat pemantau gempa telah dipasang di beberapa titik strategis.
Turut hadir pada kegiatan ini Wakil Gubernur Sumatra Barat Dr. Ir. Audy Joinaldy; Kapolda Sumatra Barat Irjen Pol Suharyono S.I.K.MH; Danrem 032/WB Brigjen TNI Wahyu Eko Purnomo; Pj. Bupati Kepulauan Mentawai Fernando Jongguran Simanjuntak, S.St.Pi., M.Pi; Ketua DPRD Kepulauan Mentawai Ibrani Sababalat, S.H; Dandim 0319/Mentawai Letnan Kolonel Infantri Restu Petrus Simbolon, S.Ip, M.Ip; Kapolres Kepulauan Mentawai AKBP Rori Ratno A, S.E, M.M, Mtr.Opsla; Plt Kepala Pelaksana BPBD Kep. Mentawai Lahmuddin Siregar; Kepala Kantor SAR Mentawai dan unsur Forkopimda Kep. Mentawai.
Ketua Kelompok Siaga Bencana (KSB), Nobel, mengungkapkan beberapa lokasi TES dan TEA. Untuk lokasi TES tersebar di lima titik, yaitu Bukit Tower Telkomsel, Bukit Padas, Kilometer 3 Dusun Karoniet, Gereja Phiniel dan Bukti Sirua Kolui.
Sedangkan TEA tersebar di tiga lokasi, yakni Kilometer 4 sampai 5 Bappeda dan Kantor Bupati Kepulauan Mentawai, Dusun Berat dan Dusun Pukarayat.
Masyarakat dan perangkat desa setempat telah dibiasakan untuk latihan simulasi selama satu sampai tiga bulan sekali serta dilengkapi dengan fasilitas sistem peringatan dini yang telah disepakati bersama meliputi toa Masjid, lonceng Gereja, maupun teriakan masyarakat untuk saling membantu evakuasi.
Menurut Nobel, kesiapsiagaan menghadapi potensi megathrust ini menjadi pengingat kembali bagi masyarakat Pulau Sipora untuk tetap waspada dan tidak lengah karena bencana merupakan peristiwa yang berulang. Latihan simulasi yang dilakukan oleh masyarakat diharapkan menjadi kebiasaan dasar masyarakat pesisir dalam menyikapi potensi bencana. (hsb)













