Tanmalaka – Yudi Yulis Satria yang akrab disapa Yudi merupakan calon legislatif DPR RI daftar pemilihan 2 Sumatera Barat. Hanya bermodalkan tekad dan keyakinan, pria berusia 24 tahun ini memberanikan diri untuk maju bertarung pada pemilihan legislatif 2019 untuk menuju Senayan.
Namun, ada hal unik pada sosok caleg yang juga tercatat sebagai mahasiwa aktif di Universitas Nahdatul Ulama Sumbar ini. Terkendala pembiayaan karena tidak memiliki uang, ia tidak kehabisan akal. Sisa kain kafan kematian yang disumbangkan oleh masyarakat, digunakannya sebagai APK.
“Dunia politik biasanya dikuasai oleh orang-orang berduit, berkuasa, atau berasal dari keluarga berada. Jadi saya optimis untuk membantah itu, sehingga saya putuskan maju sebagai calon anggota legislatif dengan serba kekurangan dari diri saya ini,” ungkap Yudi Yulis mengawali perbincangan bersama POSMETRO, Senin (11/3).
Janji partai yang menjadi perahunya untuk menuju Senayan, yang akan memerahkan Sumbar dengan baliho Partai Garuda tidak kunjung terealisasi. Satu bulan ditunggu, ternyata tidak juga ada bantuan atribut kampanye yang akan disebarkan ke masyarakat.
Dengan berjalannya waktu, kemudian ide mengunakan sisa kain kafan ini muncul dari curhatan Yudi kepada orang terdekatnya yang mengeluhkan tiadanya pembiayaan dalam kampanye. Mulanya, ia disarankan mengunakan karung. Namun tetap untuk membeli karung tersebut dirinya juga harus membutuhkan biaya yang dikeluarkan.
“Berawal dari cerita bercanda buat alat peraga kampanye ini jadi akhirnya saya diberikan ide dan dikasih kain kafan bekas orang meninggal. Kata teman saya, dari pada tidak sama sekali. Kan di kampung-kampung kain kafan orang meninggal ini banyak sisanya,” kata Yudi sembari memperlihatkan APK dari kain kafan bekas.
Merasa ide itu sangat pas untuk menarik perhatian masyarakat, tanpa pikir panjang, Yudi mengaminkan saran dari orang terdekatnya tersebut. Berawal dari satu helai sisa kain kafan milik masyarakat kemudian dijadikan sebagai alat peraga kampanye. Penderitaan tidak cukup sampai disitu saja.
Meskipun kain kafan tidak mengeluarkan modal, ternyata Yudi masih saja terkendala untuk modal desain, karena harus membeli bahan seperti cat. Yudi pun tidak langsung putus aja begitu saja. Ia bergerilya ke bengkel-bengkel mencari sisa-sisa cat yang telah usang dan memintanya kepada pemilik bengkel.
”Saya coba pergi iseng-iseng ke bengkel, ternyata ada cat pilot bekas warna emas sesuai dengan warna logo partai Garuda. Saya bikin logo partai di sisa kain kafan itu serta saya tulis nama lengkap, serta dapil saya. Saya yang negejainnya. Memang tidak sebagus yang disablon, tapi yang penting orang bisa baca nama saya,” jelasnya.
Berawal dari satu helai kain kafan bekas, kini Yudi telah berhasil memgumpulkan lebih 50 helai yang telah disebar di wilayah daftar pemilihannya sebagai APK. Untuk ukuran, Yudi membuat 1 kali setengah meter yang dipasang di titik yang tidak begitu stretegis.
”Banyak juga yang hilang, dan ada juga masyarakat yang takut. Makanya saya pasang di lokasi yang dilihat orang tapi tempatnya sedikit jauh dan sedikit ada mistisnya seperti di rumah yang telah lama, di atas bukit. Lokasinya yang banyak disinggahi orang tapi jauh dari perkotaan. Tidak begitu strategis yang penting dilihat orang,” ucapnya.
Sempat Jatuh Bangun dalam Politik
Perjalanan Yudi untuk bisa masuk sebagai anggota partai hingga terdaftar di KPU sebagai caleg tentu tidak semudahkan membalikan telapak tangan. Begitu banyak rintangan yang dilaluinya. Bahkan, ia pernah pergi ke kantor pusat partai di Jakarta dengan menumpangi truk secara gratis.
Hal itu dilakukannya karena terkendala dengan pembiayaan ongkos untuk bisa sampai ke Jakarta. Namun ia yakin, semua perjuangannya ini tidak akan menjadi sia-sia. Hingga akhirnya Yudi mendapat restu dan menjadi caleg dengan bergabung ke partai Garuda sejak Juni 2018.
Mulanya, Yudi juga pernah mencoba mendaftar ke partai lainnya seperti PKB dan PKPI. Namun tersingkirkan dengan alasan pendidikan hingga pembiayaan. Kemudian akhirnya Yudi mendapat jalan untuk masuk ke partai Garuda. Bermodalkan 2.500 data KTP masyarakat ia pun diterima dengan lapang dada.
”Dalam diri saya sudah tekankan untuk tidak ada kata mundur dan menyerah. Jadi saya pergi ke Partai Garuda untuk mendaftar, dan ternyata partai ‘orang awak’ diterima dengan tangan terbuka oleh sekretaris partai. Inilah yang membangkitkan semangat juang saya untuk bisa menuju Senayan,” ujar Yudi.
Dulu, sebelum masuk ke Partai Garuda, Yudi juga pernah ditolak oleh beberapa partai dan bahkan pernah gagal untuk menjadi calon anggota DPD. Namun, untuk kali ini, ia berusaha menyakinkan partai dengan mengumpulkan 2.500 KTP sehingga ia bisa diterima.
”Saya sering beradaptasi dengan lingkungan masyarakat. Saya sering door to door Insya Allah sudah menjadi pemilih pasti saya. Alhamdulillah dicalonkan dibiayai semuanya, sampai sekarang. Kalau saya jujur tidak punya uang,” tutur Yudi.
Tidak Mengubar Janji
Dalam mengkampanyekan dirinya, Yudi tidak memasang visi dan misi yang begitu menonjol dan mengubar janji yang terlalu banyak kepada masyarkat. Yang penting, ia akan membuat perubahan dengan memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dan akan memberikan bukti jika terpilih nantinya.
“Kalau saya memberikan janji-janji panjang lebar dengan program ini dan itu, orang
akan muak dengan kita. Sebaiknya kita terpilih dulu baru memberikan bukti untuk kepada masyarakat. Bagaimana pun majunya saya ini untuk kepentingan masyarakat banyak dan menampung suara serta aspirasi masyarakat,” pungkasnya. (**)


















