“Dari beberapa tahun terakhir, dari ketiga pulau yang besar yang ada di Kepulauan Mentawai yaitu Pagai Utara-Selatan, Sipora dan Siberut. Pulau Siberut memiliki pergeseran yang lebih besar dibanding dua pulau yang lain,” terangnya.
Normalnya, pulau-pulau di Kepulauan Mentawai bergerak kearah timur laut (North East). Namun, di Kepulauan Siberut, pulau tersebut pergerakannya lebih besar ke arah timur dan sedikit ke arah utara.
Hal ini mengindikasikan terjadi lock di bagian utara yang memungkinkan terjadi patahan yang menyebabkan gempa bumi. Hal ini terkonfirmasi dengan adanya gempa bumi yang terjadi secara terus menerus pada Agustus-Oktober 2022, Februari 2023 dan April 2023.
Pelepasan energi tersebut masih belum signifikan dibandingkan dengan akumulasi energi yang telah terbentuk. Fakta lain yang mengindikasikan adanya aktivitas pergerakan lempeng di Kepulauan Siberut adalah turunnya permukaan daratan di sepanjang sisi timur Siberut.
“Penurunan yang sinifikan telah terjadi di Siberut Utara. Hal ini juga terkonfirmasi berdasarkan observasi lapangan yang dilakukan pada 20-23 Juli 2024,” tambahnya.
Fakta ini juga diperkuat oleh keterangan Kepala Desa Muara Sikabaluan dan tokoh masyarakat. Setelah dilakukan pengukuran, Muara Sikabaluan telah kehilangan daratan sebesar 72.6 meter sepanjang bibir pantai dari 2011-2024 dan telah terjadi penurunan tanah 1,4 meter sejak 2014-2024.
Oleh karena itu, hal ini diharapkan menjadi perhatian serius bagi Pemkab Kepulauan Mentawai melalui BPBD (Badan Penangulanagan Bencana Daerah), BPBD Provinsi Sumbar dan juga BNPB (Badan Nasional Penangulangan Bencana), potensi gempa bumi yang signifikan masih ada di Kepulauan Siberut. Saat ini masih dalam siklus 200-an keberulangan gempa di area tersebut.
Berkaitan dengan hal ini rekomendasi yang dapat diberikan adalah pertama, perlunya jalur evakuasi tsunami terdekat untuk area SMAN 1 Siberut Utara. Kedua jalur evakuasi yang ada saat ini sangat jauh yaitu 1,1 km dan 3,3 km dari sekolah.
Jika gempa yang diikuti dengan tsunami terjadi pada siang hari, guru dan siswa SMAN 1 Siberut utara sulit melakukan penyelamatan diri mengingat sekolah berada 50 meter dari bibir pantai.
Kedua, perlu adanya pelatihan, peningkatan wawasan dan simulasi bagi masyarakat, sekolah dan instansi pemerintah tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana yang dilakukan secara terstruktur.
Walaupun Tim Tangguh Bencana dari UNP telah memulai sejak 2020-2023 di Siberut Selatan dan 2024 di Siberut Utara. “Tulisan ini diharapkan menjadi perhatian serius dari pemerintah daerah,” harapnya. (jpg)












