ANAK AIA, METRO —Sejumlah orang tua atau wali murid yang menyekolahkan anaknya di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 1 Padang, mengaku membayar sejumlah uang bernilai ratusan ribu sebagai syarat anaknya diterima untuk menempuh pendidikan di sekolah di bawah naungan Kementerian Agama (Kemenag) tersebut.
Hal itu didapatkan dari pengakuan salah seorang wali murid saat diwawancara POSMETRO, beberapa waktu lalu.
Seorang ayah tersebut tidak bersedia dituliskan namanya, karena takut akan berdampak kepada anaknya, dan mendapatkan intimidasi dari berbagai pihak atas pengakuannya kepada media.
Sebut saja namanya Budiman. Budiman mengaku saat tes masuk ke MIN 1 Padang, anaknya tidak mendapatkan nilai yang memuaskan, sehingga dinyatakan sebagai cadangan.
Beberapa saat setelah tes masuk yang dilakukan panitia Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di sekolah tersebut, tepatnya di gelombang kedua, Budi mengaku dihubungi seseorang yang mengaku dari pihak MIN 1 Padang.
“Anak kita dinyatakan tidak lulus pada tes pertama, setelah itu kami dihubungi untuk bisa hadir di sekolah, untuk merapatkan jika memang anaknya ingin masuk di MIN 1 Padang,” katanya.
“Setelah hadir, kami orang tua ditawari untuk melakukan pembayaran dengan judul yang disebut sebagai uang komite, nominalnya Rp500.000. Sebenarnya kami keberatan, apalagi jika kita tidak hanya satu anak yang disekolahkan,” ungkapnya.
Dia menyebut, beberapa orang tua yang dipanggil lainnya juga merasa keberatan, dan setelah itu “trik” dimana orang tua mendapat ancaman apabila tidak sanggup menyanggupi, maka akan dinaikkan cadangan yang lain.
“Tentu seorang orang tua dengan waktu yang mepet, mau tidak mau secara otomatis akan menyanggupi. Tetapi kami meminta jangan dengan harga tinggi, akhirnya disepakati rentang biaya Rp300.000 hingga Rp500.000,” ujarnya.
Budiman mengatakan, ada sekitar 25 orang siswa-siswi kelas 1 baru yang bernasib sama seperti anaknya. Atau sekitar satu rombongan belajar (rombel) yang menjadi korban.
Dia menyebut, pada siswa yang dinyatakan lulus yang tidak cadangan, uang komite juga diminta sebanyak Rp200.000 persiswa.
