“Alhamdulilah semua program perencanaan di masa Pak Gamawan saya tuntaskan selama 10 tahun. Mulai dari pembangunan jalan Sicincin-Malalak, Fly Over Kelok Sembilan, pembangunan irigasi dan jalan-jalan di Sumbar. Semua dituntaskan dan semoga bermanfaat untuk masyarakat,” harapnya.
Diakui Irwan Prayitno, pembangunan Masjid Raya Sumbar yang digagas sejak tahun 2006 ini membuat dirinya kewalahan, karena banyak anggaran yang disiapkan, mencapai Rp100 miliar. Bahkan jika ditotal lebih dari Rp500 miliar lebih. Semuanya berhasil dituntaskan. “Program unggulan yang saya canangkan terpinggirkan demi menuntaskan Masjid Raya ini. Kebaikan yang kita lakukan tidak sia-sia,” ungkapnya.
Mantan Gubernur Sumbar Gamawan Fauzi mengatakan, ide pembangunan Masjid Raya ini karena terbatasnya masjid di Kota Padang yang berada di jalur utama. “Coba cermati jalan di Kota Padang, dari Alang Laweh sampai DPRD hanya ada satu masjid. Kita mengaku ABS-SBK tapi cerminannya, masjid hanya ada satu di Padang Laweh. Harus ada di Sumbar yang melambangkan ABS-SBK. Tidak tidak hanya Jam Gadang. Perlu diciptakan sesuatu yang baru yang jadi landmark-nya Sumbar,” ucapnya.
Ide lain pembangunan masjid ini untuk gairahkan kehidupan beragama di Sumbar meningkatkan keimanan. Masjid ini dibangun di atas lahan bekas sekolah pertanian. “Kita butuh lokasi yang besar yang ada di pusat kota. Ini ditempatkan sebagai tempat masjid,” terangnya.
Untuk pembangunan masjid ini, diawali dengan menggelar lomba pencarian desain terbaik internasional. “Ada ratusan desain arsitektur yang masuk. Saya minta berikan lima terbaik. Salah satu yang masuk yang telah dibangun saat ini. Lalu saya menetapkannya,” terangnya.
Gamawan mengatakan, masjid yang telah berdiri saat ini belum final. Dirinya hanya meletakkan dasarnya, Mantan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno melaksanakan pembangunannya dan Gubernur Sumbar Mahyeldi meresmikan.
“Inilah bentuk keberlanjutan atau sustainable pembangunan. Butuh kerja sama yang baik bukan berdiri sendiri, agar pembangunan berkelanjutan. Saya tidak mengklaim, karena saya hanya ide. Tapi pembangunan dilaksanakan gubernur berikutnya. Saya berpesan kepada Gubernur Mahyeldi agar sediakan APBD setiap tahun untuk melengkapi masjid ini, untuk membangun Islamic Centre,” pesannya.
Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah mengatakan apa yang telah dibangun oleh gubernur pendahulunya akan disempurnakan. Dalam upaya membangun Sumbar, dirinya siap berkontribusi menjadikan Sumbar terdepan dan memberikan sumbangan yang besar dan terbaik untuk NKRI.
Masjid ini digagas Mantan Gubernur Sumbar Gamawan Fauzi dan dituntaskan Mantan Gubernur Irwan Prayitno. Hari ini diresmikan nama masjid ini. “Mudah-mudahan dengan kita resmikan nama ini betul-betul menghadirkan motivasi dan semangat bagi kita dan generasi di masa mendatang, untuk mewariskan tradisi keilmuan keulamaan dan tradisi kecerdasan yang dituangkan dalam Tungku Tigo Sajarangan, Tali Tigo Sapilin,” harapnya.
Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi di samping sebagai imam di Masjidil Haram, dari tulisan yang ada juga seorang mufti Arab Saudi untuk Kerajaan Utsmaniyah di Turki. Artinya keberadaannya di Turki bukan sembarangan. “Pendahulu kita, ulama terdahulu bukan hanya jadi tokoh nusantara tapi internasional. Ulama-ulama pendiri ormas besar juga berguru kepada Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi. Sumbar sebagai pejuang, bukan hanya tatanan nasional tapi internasional,” terangnya.
Mahyeldi mengharapkan ketokohan dan keberhasilan pendahulu dengan dikukuhkannya menjadi nama masjid, menjadi semangat dan inspirasi generasi muda untuk berikan yang terbaik untuk Sumbar, nasional dan dunia.
Momen Turunkan Kemiskinan Ekstrem
Mahyeldi mengatakan, momen peresmian nama masjid hari ini juga dicanangkan Pemberantasan Kemiskinan Ektrem di Sumbar. “Kita telah targetkan di tahun 2024 ini angka kemiskinan ekstrem di Sumbar menjadi nol persen. Melalui upaya dan sinergi bersama, angka kemiskinan ekstrim turun dari 0,77 persen menjadi 0,41 persen (BPS, Maret 2023), ini penurunan yang tertinggi ketiga di Sumatera,” terangnya.
Angka Gini Rasio Sumbar sebesar 0,28 persen juga terendah ketiga di Indonesia yang berarti ketimpangan pendapatan tidak begitu signifikan. Begitu juga angka Indeks Pembangunan Manusia di Sumbar (IPM) juga mengalami kenaikkan dari 73,26 persen menjadi 75,46 persen di tahun 2023, posisi tujuh secara Nasional. (AD.ADPSB)
















