JAKARTA, METRO–Kementerian Keuangan mencatat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mengalami defisit sebesar Rp 21,8 triliun pada Mei 2024. Angka tersebut tercatat setara dengan 0,1 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Diketahui, sepanjang tahun 2024, pemerintah sendiri telah merancang defisit APBN sebesar Rp 522,82 triliun atau 2,29 persen dari PDB.
“Over all balance, kita sudah mengalami defisit Rp 21,8 triliun atau 0,1 persen dari PDB,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers kondisi fundamental ekonomi terkini dan RAPBN 2025 di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Jakarta, Senin (24/6).
Dia menjelaskan, APBN mengalami defisit dipicu oleh pendapatan negara yang tercatat menurun sebesar 7,1 persen secara tahunan atau year on year (yoy) sebesar Rp 1.123,5 triliun. Adapun belanja negara pada Mei tercatat naik sebesar Rp 1.145,3 triliun atau meningkat sebesar 14 persen (yoy).
Lebih lanjut, ia merinci pendapatan negara yang pada Mei 2024 paling besar disumbang oleh penerimaan pajak yang tercatat sebesar Rp 869,5 triliun atau 37,6 persen terhadap PDB.
Sementara itu, kepabeanan dan cukai tercatat sebesar Rp 109,1 triliun atau 34 persen terhadap PDB. Sedangkan, realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) mencapai Rp 251,4 triliun atau 51,1 persen terhadap PDB.
“Kita lihat pendapatan negara sampai akhir Mei 2024 memang mengalami tekanan yaitu growth-nya negatif 7,1 persen,” ujar Sri Mulyani.
Di sisi lain, pada Mei 2024, pemerintah telah mengalokasikan belanja negara sebesar Rp 1.145,3 triliun atau 34,4 persen terhadap PDB. Jumlah itu terdiri dari belanja pemerintah pusat yang telah mencapai Rp 824,3 triliun atau 33,4 persen dari PDB.
Selanjutnya, belanja Kementerian/Lembaga (K/L) sebesar Rp 388,7 triliun atau sebsara 35,6 persen dari PDB, belanja non K/L sebesar Rp 435,6 triliun, dan transfer ke daerah sebesar Rp 321 triliun atau 37,4 persen terhadap PDB.
Dengan kinerja itu, Sri Mulyani memastikan keseimbangan primer masih mengalami surplus senilai Rp 184,2 triliun hingga Mei 2024. “Oleh kearena itu, langkah-langkah penyesuaian terus kita lakukan. Pada Mei ini, primary balance kita masih surplus Rp 184,2 triliun,” tutup Sri Mulyani. (jpc)
