Menurutnya, banyak sekali peran Bundo Kanduang yang harus diperkuat dan diturunkan kepada generasi penerus. Dengan menganut paham matrilinial, tentu perempuan di Minangkabau harus mampu bersikap dan bertindak agar adat dan budaya yang telah diterima secara turun temurun harus tetap terjaga.
Hanya saja, seiring dengan perubahan zaman, cepatnya perubahan dalam bidang teknologi informasi menyebabkan nilai–nilai adat, budaya, agama dan nilai–nilai Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS–SBK) dalam tatanan kehidupan sehari–hari terlihat memudar. Dari waktu ke waktu tergerus oleh budaya asing
Untuk itu, Pemprov Sumbar melalui Dinas Kebudayaan mengambil peran dalam menjaga agar pemahaman nilai–nilai ABS–SBK terus terjaga dari generasi ke generasi. Salah satunya melalui kegiatan bimbingan teknis tersebut.
“Kami berharap, setelah pelaksanaan bimtek ini nantinya, pelestarian Adat Minangkabau ini bisa kita jalani bersama dan kita kembalikan segala sesuatu sesuai dengan apa yang sudah ditorehkan oleh Niniak Moyang Minangkabau dahulu,”ujarnya.
Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar diwakili Kepala Bidang Sejarah, Nilai Tradisi dan Adat Dinas Kebudayaan Sumbar, Fadhli Junaidi, S.STP mengatakan, kegiatan bimtek tersebut diikuti sebanyak 100 peserta. Terdiri dari Bundo Kanduang Provinsi Sumbar, Bundo Kanduang Kota Padang dan Bundo Kanduang Padang Pariaman. “Bimtek ini berlangsung selama satu hari dengan narasumber Ketua Bundo Kanduang Sumbar, Prof. Ir.Raudha Thaib, MP dan Ketua MUI Sumbar, Dr.H. Gusrizal Gazhar, LC, MA,” katanya. (**)
















