“Menjawab persoalan dan peluang di sektor perubahan iklim, maka investasi pada kendaraan listrik dan energi terbarukan menjadi semakin penting,” ujar Airlangga.
Ia mengatakan, pemerintah mendorong pengembangan teknologi ini untuk mengurangi polusi dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Hal ini didukung dengan berkah alamiah dimana Indonesia memiliki cadangan nikel (bahan utama baterai EV) terbesar di dunia. Posisi geografis yang strategis juga mendukung daya tarik Indonesia untuk menjadi basis produksi EV di Asia, selain Tiongkok.
Selain itu, Pemerintah Indonesia juga terus mendorong upaya transisi energi dalam rangka pencapaian National Determined Contribution (NDC). Ia menekankan, Indonesia berkomitmen meningkatkan target penurunan emisi dari 29 persen menjadi 31,89 persen tanpa syarat (tanpa bantuan internasional).
“Sementara untuk komitmen dengan melibatkan bantuan internasional, meningkat dari 41 persen pada NDC pertama menjadi 43,20 persen. Lebih luas, upaya transisi energi membuka peluang investasi senilai USD 3,5 triliun bagi Indonesia,” pungkasnya.(jpc)
