“Yang paling pesimis itu dari Burhanuddin Muhtadi itu indikator ya, yang hasilnya cuma 51%, yang paling optimis itu Litbang Kompas 61%, yang moderat itu dari LSI-nya Denny JA yang hasilnya 56,9% dari penduduk Indonesia, besar sekali dan kenyataan ini kita sadari sejak beberapa tahun terakhir,” sambungnya.
Dengan demikian, katanya, tak ada alasan bagi PBNU untuk tidak mendukung pemerintahan Prabowo-Gibran. Menurutnya hal ini juga yang menjadi dasar pihaknya untuk mendukung pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Itu sebabnya pengurus besar Nahdlatul Ulama membuat kesimpulan bahwa tidak ada peran yang lebih tepat bagi kepengurusan NU, selain membantu pemerintah untuk memastikan bahwa agenda-agenda pemerintah yang dimaksudkan untuk kemaslahatan rakyat banyak benar-benar sampai kepada rakyat,” ucap Yahya.
“Ini adalah landasan pemikiran kenapa sejak awal kami mengatakan NU bersama Presiden Joko Widodo sampai akhir,” pungkasnya. (*/rom)
















