SUDIRMAN, METRO – Asosiation of Indonesian Tour and Travel Agencies (ASITA) Sumbar mengklaim kondisi transportasi udara masih tergadai oleh cost yang relatif tinggi. Meskipun, harga avtur telah mengalami penyesuaian sejak 16 Februari 2019. Maka itu, ASITA bakal ikut aksi demo di Istana Negara pada 28 Februari 2019 mendatang, sebagai upaya terakhir menurunkan harga tiket pesawat.
Ketua ASITA Sumbar, Ian Hanafiah mengatakan, berbagai upaya telah dilakukan asosiasi untuk menuntut maskapai dan pemerintah menurunkan harga tiket pesawat, agar industri pariwisata tidak colaps. Namun sejauh ini belum ada hasil maksimal. Maka upaya terakhir yang dilakukan adalah demontrasi.
“Mungkin demontrasi lagi satu-satunya cara. Aksi ini akan dilakukan DPD Asita seluruh Indonesia di Istana Negara pada penghujung bulan ini kalau harga tiket pesawat tidak juga turun,” kata Ian, kemarin.
Menurut Ian, bermula dari relatif mahalnya harga tiket pesawat dan penerapan bagasi berbayar, efek domino yang muncul di dunia kepariwisataan di Sumbar sangat besar dan memberi pengaruh negatif. Bahkan, kata dia, tingkat kunjungan wisatawan nasional ke Sumbar menurun drastis berikut juga jual-beli oleh-oleh yang otomatis dipengaruhi oleh sistem bagasi berbayar.
Ian berharap, pihaknya tidak berjuang sendiri. Lantaran, peristiwa ini butuh perhatian dan bantuan dari gubernur atau kepala daerah serta koordinasi ASITA seluruh Indonesia, khususnya daerah-daerah yang memiliki destinasi wisata andalan.
“Kenapa ini juga butuh perhatian dari kepala daerah atau gubernur? Karena ini berdampak juga kepada masyarakatnya. Misalnya Sumbar yang mengandalkan berbagai destinasi wisata untuk kemajuan ekonomi daerah,” papar Ian.
Menurut Ian lagi, meski beberapa maskapai melakukan penurunan harga tiket pesawatnya, namun hasil yang diharapkan belum signifikan. Maka itu, dia berharap, kepala daerah atau gubernur harus aktif dan action ke tingkat pusat, apakah ke Kementrian atau sampai ke Presiden.
Ian pun mengatakan, bagasi berbayar yang sangat dramatis ketetapannya, tidak hanya memberi rasa tidak nyaman penumpang, namun memberi dampak sangat merugikan bagi daerah, terutama Sumbar, yang sedang gencar dengan wisata halalnya.
“Beberapa bulan ini, angka kunjungan wisatawan menurun, bandara sepi, omzet UMKM yang terlibat pariwisata menurun. Perbandingan harga tiket pesawat tujuan domestik relatif tidak jauh berbeda dengan harga tiket pesawat tujuan keluar negeri seperti negara kawasan ASEAN,” sebut Ian.
Maka dari itu, Ian tak menampik, banyak wisatawan domestik yang lebih memilih berwisata luar negeri seperti ke Malaysia, Singapura dan Thailand. ASITA Sumbar, sambung dia, telah mengirim surat kepada Gubernur Sumbar, untuk bersama menyuarakan upaya stabilisasi dan penurunan harga tiket pesawat.
“Ini juga untuk bagasi berbayar secara signifikan agar angka kunjungan wisatawan ke Sumbar dan perekonomian masyarakat di kawasan destinasi wisata kembali meningkat,” kata Ian.
Ian menambahkan, sesuatu yang terjadi sekarang, wisatawan domestik malah berkunjung ke luar negeri. Artinya, Sumbar kecolongan devisa dikarenakan harga tiket pesawat dan bagasi berbayar ini. Meskipun harga tiket sudah normal, namun soal bagasi berbayar tetap jadi kendala.
”Yang dirugikan adalah pelaku UMKM dan masyarakat yang berada di wilayah destinasi wisata terkait,” tukas Ian. (mil)