Siti Hajar berlari menuju bukit shafa untuk mencari air yang sedang dibutuhkan Nabi Ismail. Dari bukit shafa, ia kembali berlari menuju bukit Marwah. Namun, yang diinginkan justru tidak ada. Dan air belum juga diketemukan.
Peristiwa Siti Hajar yang berlari dari bukit shafa menuju bukit Marwah itu berlangsung sebanyak 7 kali dan hingga sekarang dikenal dengan sebutan sa’i.
Lantaran tak kunjung mendapatkan air, Ismail kecil yang sudah merasa kehausan akhirnya menangis dengan meronta-ronta. Di tengah tangisannya tersebut, dirinya menghentakkan kaki ke tanah. Sungguh ajaib. Diawali hentakan itu, keluarlah air dari dalam tanah.
Allah SWT menunjukkan kekuasaanya melalui sumber air yang muncul di tengah daerah yang tandus dan kering kerontang. Hingga zaman sekarang, air ini terkenal melalui nama air zam zam.
Penyebutan air zam zam tersebut berasal dari Siti Hajar yang berujar,”Zam zam zam zam…..” kala keluarnya air dari hentakan kaki Ismail. Zam zam memiliki makna kumpul dan jangan berhenti. Hingga saat ini, air zam zam di kota Mekkah, Arab Saudi, tidak berhenti mengalir dan mampu memberikan kesejahteraan tersendiri bagi umat manusia, khususnya yang berada di wilayah tersebut.
Selain kisah tersebut, ada beberapa hal yang bisa diteladani dari kisah Nabi Ismail AS yaitu, kelahiran Nabi Ismail adalah buah kesabaran dari seorang ayah. Dikatakan bahwa Nabi Ibrahim dan istrinya Siti Sarah belum dikaruniai seorang anak. Nabi Ibrahim pun terus berdoa kepada Allah agar dikaruniai anak yang sholeh dan taat. Kelahiran Nabi Ismail merupakan jawaban atas doa yang selalu dipanjatkan Nabi Ibrahim kepada Allah. Tidak sia-sia, penantian selama puluhan tahun dari seorang ayah yakni Nabi Ibrahim membuahkan hasil dengan diberikannya seorang anak sebagai jawaban atas doa-doanya selama ini kepada Allah SWT.
Teladan selanjutnya adalah, meyakini bahwa semua keputusan Allah SWT adalah yang terbaik dan mengandung hikmah di baliknya. Selanjutnya, yaitu patuh dan taat kepada kedua orang tua. (**)




















