Sementara Gubernur Sumbar, Mahyeldi mengatakan, bencana banjir dan tanah longsor disebabkan oleh sejumlah faktor. Di antaranya intensitas hujan yang cukup tinggi dengan durasi lebih dari 12 jam.
“Pemprov Sumbar menaksir kerugian sementara mencapai Rp 226 miliar lebih,” katanya. Saat ini bantuan sudah diberikan dan dapur umum sudah didirikan untuk korban banjir. Mahyeldi juga mengatakan selain penyebab bencana ini akibat curah hujan tinggi didukung penggundulan hutan.
“Dari hasil pendataan di lapangan, kami menemukan beberapa titik di kawasan longsor terjadi penggundulan hutan dan deformasi. Bangunan penahan dinding sungai rusak dan sejumlah faktor lainnya,” tuturnya.
Bencana hidrometeorologi terjadi akibat saluran drainase yang kurang berfungsi dengan baik sehingga terjadi penyumbatan di beberapa titik. Selain itu, pembangunan infrastruktur dan pemukiman warga yang tidak memperhatikan tata ruang wilayah.
Wilayah Kerusakan
Berdasarkan informasi dari Pusat Pusat Pengendalian Operasi (PUSDALOPS) BNPB, banjir dan atau longsor berdampak terhadap 10.150 keluarga atau 35.299 jiwa di wilayah Kota Padang. Sedangkan di Kabupaten Padangpariaman, dampak banjir dan atau tanah longsor menimpa 25.794 keluarga.
Di Kota Pariaman, banjir dan atau tanah longsor berdampak terhadap 800 keluarga atau sekira 2.958 jiwa. Di Kota Solok sebanyak 238 keluarga atau sekira 813 jiwa terdampak. Di Kabupaten Limapuluh Kota sebanyak 24 keluarga atau 100 jiwa terdampak.
Sementara, di Kabupaten Agam sebanyak 36 keluarga atau sekira 144 jiwa terdampak, Kabupaten Solok sebanyak 10 keluarga terdampak dan Kabupaten Pasaman Barat sebanyak 31 keluarga terdampak. Di Kabupaten Pasaman sebanyak 191 keluarga.
Dampak Kejadian banjir dan longsor memaksa warga untuk mengungsi. Di wilayah Kota Padang sebanyak 3.734 jiwa mengungsi, Kabupaten Pesisir Selatan sebanyak 29.483 keluarga atau sekira 76.178 jiwa mengungsi, dan Kabupaten Agam sebanyak 49 keluarga atau sekitar 209 jiwa mengungsi. (*)
















