Katanya, meski belum satu tahun dibentuk, anggota Siala Sappagul saat ini sebanyak 60 orang. Semuanya berasal dari Angkola Sipirok. ”Di sini kami juga juga belajar budaya Angkola Tapanuli dan mewariskannya kepada anak-anak kami,” lanjutnya.
Sejak Minggu pagi sekitar pukul 80.00 WIB, prosesi pembuatan lemang sudah mulai terlihat sibuk. Sebagian membuat api unggun dan sebagian lagi mempersiapkan bahan-bahan untuk membuat lamang seperti beras ketan, santan, dan juga daun pisang, kemudian memasukkannya ke dalam ruas bambu yang sudah dipotong potong.
Rasa kekeluargaan itu semakin terasa ketika pekerjaan tersebut dilakukan secara bersama-sama. Sebagian ibu-ibu sibuk memasukkan beras ketan ke dalam ruas bambu yang telah dilapisi daun pisang dan mengantarkannya ke tempat pembakaran yang telah disiapkan para bapak-bapak.
Proses pembuatan lemang memakan waktu yang cukup lama. Sembari menunggu lemang matang, sebagian asyik ngobrol dan bercanda gurau. Setelah shalat Ashar, lemang pun masak. Kegiatan pun dilanjutkan dengan mendengarkan ceramah agama tentang menyambut bulan suci ramadhan dari ustadz Bahrum rambe.
Kemudian, dilanjutkan dengan acara makan lemang bersama-sama dan tradisi saling maaf-maafan. Ini dilakukan agar dalam melaksanakan ibadah puasa lebih bernilai positif karena salah dan dosa sesama manusia telah terhapuskan. (hsb)
