Djayadi menduga mayoritas yang tidak mempercayai hasil real count berasal dari kalangan pemilih paslon nomor urut 1 Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin dan paslon nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan Mahfud Md. Meski demikian, dia mengatakan lembaganya tak mendalami riset mengenai itu.
“Nah, siapakah yang percaya dan tidak percaya itu? Sama kita bisa menduga dari awal bahwa yang percaya dengan hasil real count kebanyakan adalah pemilih dari 02, yang tidak percaya dengan hasil real count itu pertama adalah para pemilih dari 01, yang kedua para pemilih dari 03,” katanya.
Adapun, ihwal quick count atau hitung cepat yang dilakukan oleh berbagai lembaga survei, disebutkan ada 56,7% responden yang mengetahui soal itu. Sebanyak 74,8% di antaranya mempercayai hasil dari quick count.
“Di sini kita temukan 56,7% mengatakan dia tahu apa itu quick count di antaranya yang tahu itu jika kita tanya apakah percaya bahwa hasil quick count menggambarkan hasil pemilu secara umum dengan hasil yang tidak terlalu berbeda, 74,8% menyatakan percaya. Jadi masyarakat kita yang tahu quick count menganggap quick count itu sebuah metodologi cara partisipasi masyarakat yang bisa dipercayai,” imbuhnya. (jpg)
















