Menurut Herman, yang juga, pihaknya sudah kunker ke Bandara Kertajati dan mengaku heran kunjungannya dirata-ratakan hanya berkisar 1.500 orang per harinya. “Hal ini menjadi pembahasan penting dengan Garuda Indonesia, Angkasa Pura, Air Nav, dan Pimpinan Bandara Kertajati,” katanya.
Esensinya, kata Herman, adalah ini akan diapakan ke depannya dengan keterbatasan-keterbatasan kunjungan penumpang yang rata-rata perhari 1.500 orang, meski sudah dibuka rute-rute yang potensial, untuk ke Kalimantan Timur, Balikpapan, Bali dan bahkan dalam seminggu ada dua kali angkutan Umroh yang melalui Kuala Lumpur.
Menurutnya, hal ini menjadi sangat strategis apabila dimaksudkan dari sejak awal penutupan Bandara Husein Sastranegara adalah untuk bisa menggiring para pengguna Bandara Husein Sastranegara ke Bandara Kertajati.
“Saya kira harus dicarikan cara apakah hal itu dikarenakan kurang sosialisasi, aksesibilitas, maupun terhadap pengetahuan masyarakat terkait dengan penggunaan bandara. Bahkan ke depan saya usulkan bagaimana antar instansi berkolaborasi ataupun berkoordinasi untuk melahirkan kebijakan bahwa seluruh penerbangan umroh dan haji itu dipindahkan ke Kertajati,” katanya.
Herman menambahkan, mungkin saja nanti untuk di sekitar kawasan ataupun seluruh Jawa Barat dan Jawa Tengah wilayah barat ini juga bisa menampung penumpang umum yang lebih potensial hingga bisa menggunakan Bandara Kertajati. (*)
