SOLOK, METRO–Tidak melupakan peran Tokoh Adat untuk pemilihan umum (pemilu) tahun 2024, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Solok selenggarakan Sosialisasi Tahapan Kampanye Pemilu Serentak Tahun 2024 terhadap Tokoh Adat, Masyarakat, dan Bundo Kanduang di Masjid Raya Lubuk Sikarah pada Sabtu (20/1) pagi. Acara dihadiri oleh kurang lebih 120 orang Tokoh Adat, dan dipimpin oleh dua orang Komisioner KPU Kota Solok.
Pelaksana Harian Ketua KPU Kota Solok, Abdul Hanan yang menuturkan, tujuan pelaksanaan sosialisasi tersebut yaitu untuk menjaw ab pertanyaan masyarakat terkait kurang terasanya hangar binger Pemilu 2024 yang akan berlangsung 14 Februari mendatang.
“Dalam kegiatan hari ini basamo Niniak Mamak Alim Ulama Cadiak Pandai, untuk menyampaikan tahapan pemilu yang sudah 75% dijalani dari empat belas tahapan. Sekaligus untuk menjawab keheningan Pemilu, yang belum terasa oleh masyarakat, yang mana kampanye sebenarnya sudah dimulai dari tanggal 28 November 2023, namun masih dilaksanakan dalam bentuk rapat tertutup atau kampanye terbatas. Terbatas berarti dalam bentuk tatap muka dan dalam jumlah terbatas,”ujar Abdul Hanan.
Dilanjutkan oleh Abdul Hanan, mulai Senin (21/1), pelaksanaan kampanye boleh dilakukan dalam bentuk rapat umum. “Terkait hal tersebut, diserahkan kepada calon legislatif atau peserta pemilu, yaitu partai politik, untuk melakukan kampanye di lapangan terbuka. Rapat ini dilaksanakan sampai dengan 10 Februari mendatang,”ungkapnya.
H. Muhammad Rusli Malin Maharajo Khatib Sulaiman, Ketua LKAAM Kota Solok menyampaikan tujuan kehadiran seluruh Tokoh Adat di acara tersebut, yaitu sepakat turut serta menyukseskan pemilu 2024.
“Pemilu bukan saja tugas dari KPU melainkan juga tugas dari seluruh elemen masyarakat. Kemudian lembaga adat turut serta mendorong masyarakat untuk melaksanakan pemilu tanggal 14 februari 2024. Lembaga Adat tidak akan kemana-mana tapi ada di mana-mana. Mari kito simak apa yang disampaikan oleh KPU nanti sahinggo indak batuka di lapangan beko,” terang Beliau mengingatkan.
Yance Gafar, selaku Ketua Divisi Soialisasi Pendidikan Pemilih dan Partisipasi Masyarakat menyatakan kekhawatiran akan pemikiran masyarakat.
“Kami khawatir seperti pertanyaan yang pernah dilontarkan di salah satu tempat, “Percuma miliah kini, awak ndak tantu urangnyo, inyo ndak lo ka tantu dek den do,” coba bayangkan, jika seribu orang mengatakan hal yang sama, tentu sudah seribu orang yang tidak memilih,”ucapnya.
“Sementara proses demokrasi adalah kedaulatan rakyat, dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Saat ini kita mulai mencari, para calon menyampaikan visi dan misi, serta program, lihat jika sesuai dengan harapan, maka berikan suara kita ke sana, seperti itu kira-kira. Seluruhnya kita komunikasikan, ke tokoh-tokoh adat tidak pernah lupa. Semuanya demi kesuksesan pemilu bagi masyarakat,” tegasnya. (vko)
















