Perubahan signifikan sempat terjadi saat Anies Baswedan mengumumkan Muhaimin sebagai wakilnya. Muhaimin adalah Ketua Umum PKB yang partainya belum mendapatkan peruntungan yang baik di Sumbar. Artinya, di Sumbar Muhaimin belum menambah apa-apa untuk Anies Baswedan.
Anies sebenarnya lebih “beruntung” ketimbang Prabowo. Karena Prabowo menggandeng Gibran yang tak lain adalah putra sulung Presiden Jokowi yang sudah dua Pilpres “ditolak” warga Sumbar. Jokowi mendapatkan suara sangat minim, bahkan 14 persen pada 2019. Gibran ternyata memang sedikit menurunkan suara Prabowo di Sumbar.
Dalam berbagai hasil survei akhir 2023 dan awal 2024, Prabowo kembali dapat diimbangi atau disalib oleh Anies. Tepatnya Prabowo-Gibran kembali dilewati Anies-Muhaimin. Angkanya beragam. Ada yang menyatakan Anies-Imin unggul tipis, ada yang menyatakan seimbang.
Bocoran beberapa survei menyebut, Anies-Imin di angka 45 dan Prabowo-Gibran 42. Sementara Ganjar-Mahfud di angka 4-5 persen. Ada juga yang menyebut sama-sama 40 persen tapi dengan masyarakat yang masih banyak belum menentukan pilihan. Intinya, pasangan nomor 1 dan 2 masih saling cakar-cakaran mendapatkan simpati masyarakat Sumbar. Meski Sumbar bukanlah “bintang” dalam pengumpulan suara.
Kini, 30 hari jelang Pemilu dan Pilpres, Sumbar masih menjadi tanda tanya, siapa yang akan unggul. Sementara di Provinsi lain sudah banyak yang diketahui unggul telak pasangan yang mana. Bahkan sejumlah lembaga survei sudah ada yang menyatakan Pilpres bisa satu putaran, karena suara Prabowo-Gibran sudah melewati 50 persen. Isu hari ini, Anies-Imin dan Ganjar-Mahfud bergabung untuk memastikan tidak terjadi satu putaran.
Mereka sudah mengisyaratkan bergabung untuk menolak satu putaran. Dan berkemungkinan akan bergabung kembali dalam putaran kedua. Yang artinya, apa yang dirilis beragam lembaga survei itu menjadi bahan yang mereka terima. Meski sejumlah tokohnya masih bantah-bantahan. Tepatnya, pertarungan Prabowo dan Anies di Sumbar ini sangat lokal. Hanya akan berpengaruh terhadap legislatif Provinsi dan Kabupaten serta Kota.
Yang penting, jangan lagi ada gontok-gantokan pendukung di lapangan. Baik nomor urut 1, 2 dan 3. Kembalilah sadar, kalau setelah 14 Februari 2024 kita tetap akan hidup bersama-sama. Kita akan mencari makan sendiri-sendiri dan tim sukses akan bubar. Mungkin kembali dibentuk kalau ada putaran kedua.
Mereka yang gontok-gantokan di putaran pertama bisa saja bergabung berpelukan bertarung melawan pasangan lainnya. Tak ubahnya 01 dan 02 pada Pilpres 2019 yang bersaing ketat, tapi akhirnya bersama mengarungi pemerintahan Indonesia. Bahkan sekarang bergabung dalam Pilpres. Mereka itu ya Prabowo dan Joko Widodo (Jokowi).
Jadi, Pemilu dan Pilpres kalau ditanyakan kepada revolusioner Tiongkok Mao Zedong adalah, “Politik adalah perang tanpa pertumpahan darah, sedangkan perang adalah politik dengan pertumpahan darah.” Apakah 2024 kita akan dicatat sebagai apa yang disampaikan Ketua Mao, atau kita punya ciri politik lainnya. Kekeluargaan. Kalau di Sumbar Pemilu badunsanak namanya. Terserah saja. (Wartawan Utama)
















