“Bahkan saya lihat ini adalah warisan budaya ini tersebar hampir keseluruh wilayah juga dapat kita jumpai seperti di Sumatra Barat dan masih banyak lagi yang tersebar di negeri-negeri lain yang belum sempat di inventarisir. Karena itulah perlu dilestarikan terus menerus agar tidak hilang ditelan zaman. Apalagi saya sangat bacaleg menampilkan badabus, padahal biasanya bacaleg bacaleg lain saya lihat selama ini meriahkan acara dengan memakai orgen tunggal,” ungkapnya.
Kemudian katanya, Yuhastihar mengaku baru kali ini melihat dan saksikan bedabus ini di Nagari Paritmalintang ini cukup sederhana dan tidak memiliki instrument yang banyak untuk pelaksanaan ritual, tapi dapat memukai masyarakat dengan hiburannya. Ditambah lagi instrumen yang digunakan terlihat sederhana, tetapi dibawah lantunan rabana dan bacaan zikir seakan ritual ini terlihat sebagai pertunjukan megah.
Aksi-aksi ini jelasnya, para peserta yang penuh tenaga sesungguhnyalah yang menyulap kondisi kesederhanaan menjadi sesuatu yang mega dalam pertunjukan. “Kita sangat takjub dari setiap orang yang menonton telah menjadikan pertunjukan ini dibawah instrumen yang cukup sederhana menjadi pertunjukan akbar. Pertunjukan yang dilakukan seakan tanpa rasa lelah dan enak di tonton. Dalam aksi-aksinya sering ada beberapa pemain badabus yang sedikit mengeluarkan darah tetapi ini sangat menghibus para penonton,” tandasnya mengakhiri.(efa)




















