PADANG, METRO – Executive General Manager Angkasa Pura II Cabang Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Dwi Ananda mengatakan, meskipun telah terjadi penurunan penumpang pesawat di BIM, akibat mahalnya harga tiket, namun tidak ada pengalihan penerbangan ke bandara lain.
“Tidak ada pengalihan penerbangan ke bandara lain. Karena, memang bandara lain mengalami hal serupa, termasuk yang terbesar di Bandara Soekarna – Hatta,” ungkap Dwi saat menerima kunjungan Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit, Rabu (13/2) di BIM.
Penurunan penumpang menurutnya, juga tidak berdampak terjadinya pengurangan penerbangan.
“Meskipun penumpang sedikit atau banyak, operasional bandara tetap berjalan seperti biasanya. Tidak ada yang dikurangi,” tandasnya.
Diungkapkannya, penurunan penumpang masih terjadi di BIM, akibat mahalnya harga tiket dari Padang menuju beberapa daerah di Indonesia. Pergerakan pesawat di BIM saat ini mengalami penurunan dari 1 Januari lalu hingga sekarang, menurut Dwi, jika dilihat dari persentasenya minus 20 persen, yakni pada angka 60 hingga 70 pesawat per hari. “Biasanya berada pada angka 80 hingga 88 perhari,” ujarnya.
Sedangkan persentase penumpang mengalami penurunan minus 30 persen. Yaitu jika dirata-rata diangka 7ribu hingga 9ribu perhari. “Angka itu jauh dibandingkan biasanya yang bisa mencapai 10ribu hingga 11ribu perhari,” katanya.
Meskipun terjadi penurunan penumpang, khusus untuk penerbangan luar negeri masih tetap berjalan. Bahkan, tidak ada cancel. Kalau dilihat penumpang yang transit menuju pulau Jawa dari Kuala Lumpur memang sedikit meningkat, tapi belum bisa dikatakan ramai.
Kemudian untuk pengiriman melalui kargo, lanjut Dwi juga menurun pada angka 30 hingga 40 persen dari biasanya jika dilihat pada bulan yang sama pada tahun lalu.”Jadi, kondisi ini baru berlangsung satu setengah bulan. Jika dibilang rugi dari segi pendapatan memang terjadi, persentase kerugiannya belum dapat dipastikan angkanya, sebab sekarang masih ada penurunan,” katanya.
Sementara itu, Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit mengatakan, akibat kenaikan harga tiket pesawat ini kondisi pariwisata atau kunjungan ke Sumbar mengalami penurunan hingga 30 persen. Begitu juga sektor UMKM turun hingga 40 persen. Kondisi ini menurutnya, sangat disayangkan. Pasalnya, BIM sedang mengembangkan fasilitasnya untuk dapat menampung kunjungan mencapai kapasitas 5,9 juta orang yang awalnya hanya memiliki kapasitas 2,9 juta orang.
Tidak dipungkirinya, sejak kenaikan harga tiket pesawat ini, banyak pelaku UMKM dan pedagang dari Kota Bukittinggi dan daerah lainnya, memilih jalur darat melalui transportasi bus.
“Banyak pedagang dari Bukittinggi yang selama ini naik pesawat Lion pagi dan pulang naik Lion sore, sekarang berpindah ke Bus NPM, ANS, Lorena. Boleh semuanya jalan, tidak masalah. Namun, seharusnya pesawat juga jalan. Karena pariwisata itu rata-rata naik pesawat. Destinasi pariwisata bisa terganggu karena harga tiket ini,” keluhnya.
“Kondisi ini tentu menjadi perhatian kita bersama, agar cepat pulih dan BIM kembali ramai. Sebab, dengan mahal harga tiket dan bagasi berbayar sangat berpengaruh kepada sektor pariwisata dan perdagangan Sumbar, “ harapnya.
Lengangnya penumpang pesawat di BIM juga berpengaruh terhadap pelaku usaha yang menyewa fasilitas BIM untuk menjalankan usahanya. Seperti yang dialami usaha kuliner Bakso Lapangan Tembak Senayan Cabang BIM, yang terlihat sepi pengunjung. (fan)


















