“Jadi ini adalah the beauty of being underdog. Kalau orang diposisikan sebagai underdog itu enak, kalau bagus dikit langsung dianggap bagus. Apalagi kemarin bukan hanya dianggap bagus dikit, dianggap dominan. 56% responden menganggap Gibran sebagai penampil terbaik dalam debat cawapres” ujar Burhanuddin.
Menariknya, kata dia, keunggulan Gibran juga diakui oleh pemilih dari partai politik di luar Koalisi Indonesia Maju. PDIP, misalnya, sebagai partai pengusung utama Ganjar-Mahfud, 44,4% pemilihnya justru memilih Gibran sebagai penampil terbaik, unggul dari Mahfud MD yang dipilih oleh 42,8% responden.
Hal serupa juga terlihat dari pemilih partai Koalisi Perubahan sebagai pengusung Anies-Muhaimin. Sebesar 38% pemilih PKB menilai Gibran lebih baik dari Muhaimin yang dipilih 28,4% responden. Kemudian 45,1% pemilih NasDem menilai Gibran unggul dalam debat cawapres, mengalahkan cawapres mereka sendiri Muhaimin Iskandar yang hanya dipilih oleh 26,3% pemilih Nasdem.
“Secara absolut pemilih PDIP menilai Gibran-lah pemenang debat. Pemilih PKB pun rasional sekali. Pemilih PKB itu 38% menganggap Gibran yang unggul, disusul Mahfud baru terakhir Muhaimin Iskandar. Pemilih NasDem juga kebanyakan memilih Gibran,” pungkas Burhanuddin.
Survei Indikator Politik Indonesia digelar pada 23-24 Desember 2023, melibatkan 1.217 responden yang dipilih secara acak. Survei dilakukan dengan metode wawancara langsung lewat telepon oleh pewawancara profesional. Adapun margin of error yakni +/- 2,9% dengan tingkat kepercayaan 95%. (*)
