Sementara, Wali Nagari Muaro Bodi, Hendri Yandri membenarkan lima di antara tujuh warganya yang tersambar petir itu meninggal dunia. Dia menyebut mulanya ketujuh petani itu pulang dari ladang, lalu mereka berteduh di saung karena hujan lebat sedang melanda Nagari Muaro Bodi.
“Kejadian (tersambar petir) tadi malam, mereka sebelumnya bertujuh saat kejadian itu (berada di saung). Sementara saat itu mereka baru pulang dari ladang. Akibat kejadian itu, lima orang meninggal dunia dan dua lagi luka ringan,” kata Hendri Yandri, pada wartawan, Jumat (22/12).
Hendri lalu mengungkap penyebab ketujuh warganya itu tersambar petir. Dia menduga hal itu terjadi karena salah satu dari korban menghidupkan senter dari gadgetnya sehingga petir menyambar pondok yang mereka pakai untuk berteduh.
“Sementara keterangan yang kami peroleh, saat kejadian itu sudah gelap. Satu korban menghidupkan senter dari gadgetnya karena sudah. Korban sebelumnya sempat dibawa ke Puskesmas. Namun nyawanya tidak dapat tertolong,” sambungnya.
Dimakamkan Satu Liang
Lima jenazah korban sambaran petir di Nagari Muaro Bodi, Kecamatan IV Nagari, Kabupaten Sijunjung dimakamkan di pemakaman umum Limo Kabau. Hanya saja, kelima jenazah korban dimakamkan dalam satu liang lantaran mereka masih memiliki hubungan keluarga.
Pemakaman kelima korban sambaran petir itupun diiringi isak tangi sanak saudara maupun warga setempat yang mengenali kelima korban. Liang lahat untuk pemakaman kelima korban bakan digali menggunakan alat berat untuk mempercepat proses penggalian makam.
Duka yang mendalam semakin terasa ketika satu per satu jenazah korban dimasukkan ke liang makam. Bahkan, pihak keluarga yang menangis terisak-isak berteriak memanggil nama korban. Saking histerisnya, ada juga keluarga korban yang terduduk lemas melihat korban dimakamkan.
“Keluarga korban sepakat untuk memakamkan kelimanya di dalam satu liang. Kelima orang tersebut bisa dibilang seperti keluarga karena ada yang sesuku, ipar dan besan bahkan saudara kandung pun ada,” tutup Wali Nagari. (ndo)
