Oleh: Reviandi
DEBAT pertama calon Presiden (Capres) telah digelar Selasa (12/12) malam. Pada debat pembuka ini, tiga calon Presiden, Anies Baswedan nomor urut 1, Prabowo Subianto (2) dan Ganjar Pranowo (3) berdebat tanpa calon wakil Presiden (Cawapres). Tiga Cawapres, Muhaimin Iskandar, Gibran Rakabuming Raka dan Mahfud MD hanya sebagai pendamping sekaligus supporter saja.
Banyak pengamat yang menilai Prabowo dan Anies bersaing ketat dalam debat yang dihelat KPU itu. Sementara Ganjar Pranowo dinilai ketinggalan karena bingung dalam branding visi dan misi. Ganjar disebut kurang sukses dalam debat ini, dan harus lebih baik pada debat berikutnya. Kalau tidak, harapan menang, atau sekadar ke putaran kedua akan kandas.
Tapi, apakah benar demikian adanya di tengah-tengah masyarakat atau pemilih. Belum tentu juga, karena perdebatan itu telah meluas kemana-mana. Bukan hanya Capres saja yang berdebat, tapi juga tim sukses, para pengamat, orang-orang pintar, sampai di kedai-kedai kopi. Entah siapa yang menang, sangat susah ditebak dan dijelaskan. Apalagi, memang tak akan ada yang diumumkan sebagai pemenang oleh panitia, Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Siapa yang menang, ya tergantung siapa yang melihat, mendengar dan mencermati. Baik secara langsung, atau setelah disiarkan oleh media, baik secara utau dipotong-potong. Ada kencederungan, seseorang akan melihat dari sudut pandang atau dari posisi dia berdiri. Bisa saja, dia menyukai pasangan Capres ini, dan termakan dengan kecintaannya itu. Meski calon lain punya gagasan yang berisi, dia tetap akan menolaknya.
Karena itu, dua bulan ini tidak ada lagi waktu untuk mengubah apa-apa. Karena rakyat sudah punya pilihan mereka sendiri. Mereka tak ragu dengan pilihan. Pergeseran pilihan itu tinggal sedikit lagi. Dan yang belum menentukan pilihan juga sudah di bawah 10 persen. Jadi, debat ini sebenarnya tidak terlalu menentukan. Asal si calon jangan terlalu blunder, ya elektabilitasnya tak akan berubah drastis.
Kita lihat saja, bagaimana Anies Baswedan dielu-elukan pendukungnya dari malam sampai hari berikut dan berikut, mungkin sampai debat kedua. Anies dinilai paling intelek dan sangat terbuka kepada masyarakat. Apalagi, Anies begitu pintar mengolah kata-kata yang menyatakan dia menginginkan, negara dapat menjamin adanya kebebasan berpendapat. Anies berharap, tidak ada lagi masyarakat yang khawatir untuk berpendapat di masa depan. Ia pun menyinggung adanya kritik yang mengganti sebutan Indonesia dengan Wakanda lantaran takut menyinggung.
“Ketika kita berbicara tentang masa depan, maka saya ingin sampaikan pada semua kebebasan berpendapat akan dijamin. Kita tidak mengizinkan lagi situasi dimana orang takut, maka saya katakan Wakanda no more, Indonesia forever,” imbuhnya.
Dalam pernyataan penutup ini, Anies meyakini anak-anak muda bakal memilih seseorang yang serius menjadi Presiden. Terlebih, pemilihan Pilpres 2024 salah satunya ditentukan oleh pilihan anak muda. “Kita semua menyadari pemilu ini tentang masa depan, anak pemilik masa depan, saya yakin anda akan memilih yang serius untuk jadi Presiden bukan yang main-main untuk jadi Presiden,” kata Anies.
Kalimat “Wakanda no more, Indonesia forever” begitu banyak muncul dari para pendukung Anies. Mereka yang selama ini kalau mengkritik pemerintahan Indonesia, harus memakai tujuan negara lain seperti Wakanda. Negara fiktif buatan Marvel Comic yang menjadi tempat pahlawan super Black Panther yang sekilas mirip di benua Afrika. Anies seolah ingin mengatakan, tidak ada lagi kalimat ‘penyelamat’ dengan kata Wakanda, karena selamanya kita Indonesia.
Anies dinilai bisa memberikan kepercayaan diri kepada masyarakat Indoenesia kembali, karena dianggap cukup susah bersuara. Hal ini terus menggema kemana-mana, sehingga orang yang begitu terkesan dan dari awal sudah mendukung dan bersama Anies, tidak akan pernah ragu. Ini menjadi dasar mereka untuk terus mendukung.
















