Oleh: Reviandi
Partai Demokrat adalah mantan raja di Sumatra Barat (Sumbar). Pada Pemilu 2009, partainya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini mampu menempatkan lima wakilnya ke DPR dari Sumbar. Tiga dari Dapil Sumbar I Dasrul Djabar, Darizal Basir dan Zulmiar Yanri. Dua dari Sumbar II Mulyadi dan Djufri yang terjerat kasus korupsi lalu di-PAW Dalimi Abdullah.
Setelah itu, Demokrat seperti melandai, baik di Sumbar maupun secara nasional. Pemenang Pemilu 2009 itu seperti terhempat saat SBY melepas jabatannya 20 Oktober 2014. Di Sumbar pun demikian, Pemilu 2014 dan 2019, hanya meloloskan wakilnya satu orang per Dapil, artinya dua kadernya ke Senayan. Itu pun bukan dengan suara maksimal, tapi di papan tengah.
2024, Demokrat kembali mengandalkan Darizal Basyir meski memasuki usia 73 tahun. Anggota DPR yang terpilih sejak 2009 saat ‘tsunami’ Demokrat melanda Indonesia. Tapi harus diakui, Darizal bukanlah pengumpul suara maksimal seperti kader Demokrat Mulyadi dari Dapil Sumbar II. Yang mampu mengumpulkan suara lebih dari 100 ribu setiap Pemilunya.
Pada Pemilu 2019, Darizal mendapatkan 65.877 suara yang mayoritas berasal dari Pessel. Demokrat mengumpulkan 172.224 suara total, artinya Darizal tetap memiliki separoh suara. Saat ini, Darizal kembali diberikan nomor urut 1, meski tak ada lagi Eka Putra yang menjadi rivalnya 2019. Eka memilih maju Pilkada Tanahdatar dan memenangkanannya bersama Richi Aprian.
Dengan latar belakang militer, terakhir Komandan Distrik Militer (Kodim) 0506/Tangerang (1993–1995), Darizal punya kelebihan soal ketegasan dan komitmen. Dia juga mengawali karir politik sebagai Bupati Pessel dua periode, 1995-2000 dan 2000-2005. Darizal juga diketahui sebagai mentor mantan Bupati Pessel dan Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit yang menjadi wakilnya 2000-2005.
2009, barulah Darizal merapat ke Demokrat yang diinisiasi rekannya di Akademi Militer 1973 Susilo Bambang Yudhoyono yang meraih gelar Adhi Makayasa (lulusan terbaik). Sejak itu, Darizal terus dikenal sebagai politisi Demokrat yang setia. Hingga umur sekarang, belum ada rencana Demokrat menggantinya. Meski ini secara politis cukup berbahaya untuk Demokrat di masa mendatang.
Nomor urut 2 diisi kader perempuan yang juga aktivis Imelda Sari. Dia adalah pengurus DPP Partai Demokrat yang disebut cukup dekat dengan Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Pada 2019, Imelda maju dari Partai Demokrat di Dapil Jawa Barat III atau Kota Bogor dan Kabupaten Cianjur. Maklum, Imelda sebelumnya memang bersekolah di Bogor, sampai kuliah di Ilmu Sejarah Universitas Andalas (Unand) Padang.
Untuk maju ke DPR dari Sumbar, Imelda minta restu Ketua Umum Partai AHY dan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat SBY. Imelda Sari kini menjabat Wasekjen Partai Demokrat. Dia mengaku memegang teguh pesan SBY. “Sesuai pesan Pak SBY, kita harus datangi langsung masyarakat door to door. Tidak hanya lewat udara atau medsos.”
Nomor urut 3 ada Wakil Ketua DPRD Sumbar Suwirpen Suib yang mencoba naik kelas. Dia sudah dua periode di DPRD Sumbar dari Dapil Sumbar 1 (Kota Padang). Meski bertempat tinggal di Padang, Pen Banio, begitu dia dikenal adalah orang asli Solok. Bahkan sekarang diamanahkan menjadi ketua S3 (Solok Saiyo Sakato). Organisasi perantau Solok yang cukup banyak mengambil peran.
Pen Banio cukup aktif dalam menyebar alat peraganya, baik baliho, billboard dan lainnya. Dia juga memiliki tandem yang banyak dan mendapatkan dukungan penuh dari perantau Solok di Padang. Namun, untuk mengalahkan Darizal, timnya perlu semangat lebih. Apalagi, Suwirmen sebelumnya hanya mendapatkan suara sekitar 10 ribu untuk melenggang ke DPRD Sumbar 2019.
















