AGAM, METRO–Proses evakuasi terhadap para pendaki yang terjebak saat erupsi Gunung Marapi resmi dihentikan pada Rabu (6/12) pukul 20.00 WIB. Meski begitu Tim SAR Gabungan akan tetap melanjutkan pencarian untuk memastikan tidak ada lagi korban lain.
Sebab tidak tertutup kemungkinan ada pendaki yang tidak tercatat di pos pendakian alias mendaki secara ilegal. Kemungkinan itu diperkuat adanya 30 laporan baru dari kerabat korban erupsi Gunung Marapi yang masuk di pos DVI Rumah Sakit Ahmad Mochtar (RSAM) Bukittinggi.
Sementara, sejak pencarian hari pertama berlangsung mulai dari Gunung Marapi meletus Minggu (3/12) sore, hingga Rabu siang (6/12), Tim SAR telah menemukan mencatat 23 orang meninggal dan 52 orang selamat.
Pemberhentian proses evakuasi tersebut disampaikan Wakapolda Sumbar Brigjen Pol Edi Mardianto, usai memimpin rapat koordinasi dengan seluruh elemen yang tergabung dalam proses evakuasi, TNI-POLRI, Basarnas, BPDB, relawan dan masyarakat.
Pemberhentian proses evakuasi didasari dengan telah ditemukan korban terakhir sesuai data pendaki yang tercatat pada pos BKSDA yang tercatat sebanyak 75 orang, dengan keterangan korban meninggal dunia 23 orang dan korban selamat 52 orang.
Wakapolda Sumbar juga menekankan usai ditemukannya korban terakhir, tim evakuasi gabungan telah diinstruksikan untuk melakukan penyisiran di sekitar kawah Gunung Marapi yang masih berpotensi ada korban lain yang tidak masuk dalam data, dan tim tidak menemukan korban lain diluar data yang ada.
“Jika memang ada laporan lain terkait orang hilang tentunya proses pencarian dan evakuasi kita buka kembali, dikarenakan pintu masuk Marapi ini yang cukup banyak,” ungkap Brigjen Pol Edi Mardianto.
Terkait masih terjadi erupsi pada Gunung Marapi, Wakapolda Sumbar menyampaikan walaupun proses evakuasi telah berakhir. Meski begitu, semua instansi terkait dari TNI-POLRI, Basarnas, BPDB dan perangkat nagari akan terus melakukan upaya upaya mitigasi bencana.
















