Percakapan yang dilakukan adalah menanyakan tujuan perencanaan “apa yang ingin dicapai dari kegiatan pengembangan ini?” Kemudian mengidentifikasi dan rencana untuk mengukur keberhasilan program pengembangan. Pastikan ukurannya terukur. Selain itu mengidentifikasi hal-hal yang harus disiapkan atau dikembangkan. Mengidentifikasi hal-hal yang hal-hal yang sudah ada untuk membantu keberhasilan. Terakhir, mengidentifikasi dukungan yang diperlukan. Pada percakapan terakhir di tahap percakapan untuk perencana adalah tanggung jawab. Yaitu percakapan yang dilakukan untuk menyepakati kapan akan melakukan sesi untuk refleksi/kalibrasi.
Pada tahap percakapan untuk perencanaan ini, tidak perlu menggali secara detil. Dapatkan informasi yang cukup spesifik tapi tidak terlalu detil. Pembicaraan sangat detil akan dilakukan di sesi coaching. Saat melakukan percakapan, jangan meminta coachee mengisi form. Tapi dapatkan jawaban melalui percakapan.
Kedua,tahap percakapan untuk pemecahan masalah dilakukan saat coachee mengontak kita karena ia menghadapi masalah. Merasa buntu, merasa tidak jelas, merasa tidak berdaya, merasa tidak mampu, saat coachee mengalami krisis, atau saat coachee membutuhkan bantuan dari luar. Cara melakukannya adalah mengajak coachee menggambarkan masalahnya. Lalu mengajak melihat apa yang ingin dicapainya jika masalah hilang. Mengajak coachee melihat faktor-faktor yang menyebabkan itu terjadi dan faktor-faktor yang bisa membuat hal itu hilang.Mengajak coachee memikirkan apakah memiliki gagasan untuk mengatasinya. Sebelum percakapan berakhir, Coach mengajak coachee menyimpulkan apa yang didapatnya.
Hal lain yang perlu diperhatikan pada tahap percakapan untuk pemecahan masalah ini adalah menjaga sikap terbuka, netral dan ingin tahu. Jangan terbawa dalam “problem coachee”. Sering-sering mengajak coachee melihat dari area yang netral/helicopter view.
Menggunakan gambar/mindmap bisa juga membantu.
Ketiga, percakapan untuk refleksi dilakukan setelah ada aktivitas yang dilakukan oleh coachee. Setelah mengikuti suatu aktivitas. Setelah menyelesaikan suatu tugas. Saat coachee sedang ingin merefleksikan diri. Percakapan dilakukan dengan membangun suasana tenang saat melakukan refleksi. Mulai dengan menanyakan apa yang didapat/dirasakan dari event/kegiatan/situasi yang direfleksikan. Tanyakan inspirasi apa yang timbul dari pengalaman/perasaan tersebut. Tanyakan apa yang sekarang jadi diketahui/dipahami/ disadari oleh coachee. Tanyakan dari kesadaran itu apa yang akan dilakukan ke depannya? Tanyakan apa yang didapatkan dari percakapan?
Perlu diperhatikan pada percakapan untuk merefleksi ini adalah saat melakukan percakapan refleksi, beri banyak ruang hening. Izinkan coachee mengungkapkan refleksinya dengan bebas. Jaga presence kita untuk membantu menjaga “ruang” percakapan yang aman dan nyaman bagi coachee.
Keempat, percakapan untuk kalibrasi, dilakukan setiap 3 bulan saat membicarakan kemajuan perkembangan diri. Saat kita/coachee ingin melakukan swanilai kinerja/perkembangannya terhadap suatu standar/kriteria. Saat perlu melakukan penyesuaian ulang atas rencana terhadap standar/kriteria tersebutCara melakukannya adalah dengan memastikan kita dalam keadaan mental positif, siap untuk berpikir bersama, mampu hadir sepenuhnya. Pastikan memiliki intensi yang benar.
Ingin terkoneksi bukan mengoreksi. Ingin memahami bukan memberi tahu. Mulai dengan meminta coachee menilai apa hal-hal yang sudah bagus. Lanjutkan dengan swa-nilai area yang menurut coachee dapat dikembangkan lagi. Sampaikan sudut pandang kita sebagai pengamat. Tanyakan kesimpulan dan apa yang akan dilakukan berbeda di kemudian hari.
Saat melakukan percakapan untuk kalibrasi yang perlu diperhatikan adalah selalu mulai dengan hal-hal yang sudah baik. Memberikan penghargaan atas hal-hal yang sudah baik. Lalu menggunakan hal yang sudah baik untuk meningkatkan atau mengembangkan hal-hal yang belum sesuai target/keinginan. Memberikan umpan balik secara spesifik dan positif. (Sumber: Buku Pegangan Pengajar Praktik PGP Kemendikbutristek RI, 2022).(*)


















