“Selisih elektabilitas yang sangat lebar (26,4 persen) antara Prabowo-Gibran dan Anies-Cak Imin dapat dimaklumi mengingat para pendukung Ganjar-Mahfud secara ideologis lebih dekat dengan Prabowo-Gibran. Pasangan Anies-Cak Imin sudah terlanjur dapat cap sebagai representasi politik Islam, sehingga para pemilih Ganjar-Mahfud yang nasionalis lebih nyaman bermigrasi ke kubu Prabowo-Gibran,” ujar dia.
Gema menyebutkan, mengapa elektabilitas Prabowo Subianto masih bahkan semakin dominan dalam survei LSN kali ini karena ada lima faktor utama yang menyebabkan kondisi tersebut. Pertama, publik meyakini bahwa endorsement dan approval Presiden Jokowi diberikan kepada Prabowo-Gibran. Sebab, tingkat kepuasan publik alias approval rating Presiden Jokowi masih sangat tinggi maka pasangan mana yang dipersepsikan publik di-endorse dan didukung Jokowi niscaya akan memperoleh bonus elektabilitas.
Hasil survei LSN menegaskan, meskipun dihantam dengan berbagai isu dan tuduhan negatif, sebanyak 76,2% publik masih mengaku puas terhadap kinerja Presiden Jokowi. Dengan demikian, faktor Jokowi masih cukup kuat.
Kedua, bergabungnya Partai Demokrat dan semakin mantapnya dukungan dari partai-partai dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) sedikit banyak berefek positif bagi naiknya elektabilitas pasangan Prabowo-Gibran.
Berdasarkan analisis LSN, soliditas pemilih Partai Demokrat dan partai-partai anggota KIM lainnya untuk mendukung Prabowo-Gibran terus mengalami kenaikan. Jumlah undecided voters atau pemilih galau di kalangan partai-partai tersebut, khususnya Partai Golkar, PAN, dan Partai Demokrat cenderung berkurang dan semakin mantap menjatuhkan pilihan pada Prabowo-Gibran. Jika mesin partai koalisi ini terus semakin solid dan bekerja total, kemenangan Prabowo-Gibran hampir pasti tak terbendung.
Ketiga, strategi politik pasangan Prabowo-Gibran terbukti jauh lebih efektif daripada Ganjar-Mahfud maupun Anies-Cak Imin. Mereka terbukti berhasil merebut simpati generasi Z (Gen-Z) dan kaum milenial yang merupakan bagian pemilih terbesar dalam Pemilu 2024 nanti. Berdasarkan hasil survei LSN kali ini, lebih dari 45% Gen-Z dan kaum milenial menjatuhkan pilihan pada pasangan Prabowo-Gibran seandainya Pemilu digelar saat ini. Selain menjadi idola anak muda, Prabowo-Gibran juga menjadi pilihan generasi lansia (50 tahun ke atas).
Keempat, faktor kepemimpinan Prabowo Subianto yang inklusif, cukup menarik bagi kaum nasionalis. Publik nampaknya cukup simpati terhadap Prabowo yang selalu menyerukan persatuan dan politik sejuk. Kini semua orang, semua unsur masyarakat maupun kekuatan politik seakan-akan merasa nyaman bersama Prabowo.
Prabowo dinilai tidak lagi menjadi common enemy seperti pada Pilpres 2019. Bahkan tokoh-tokoh yang sangat berseberangan secara ideologis pun kini merasa nyaman dan bangga bergabung bersama Prabowo. Tak sedikit jenderal dan tokoh nasional yang dalam dua Pilpres sebelumnya selalu menjadi penjegal Prabowo kini banyak yang bergabung dalam barisan pendukung Prabowo-Gibran.
Kelima, terlepas dari anak biologis Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka sendiri merupakan magnet politik baru yang membuat pasangan Prabowo-Gibran semakin tak terkejar oleh Ganjar-Mahfud maupun Anies-Cak Imin. Meskipun banyak orang bersikap underestimate bahkan menyebut Gibran sebagai “anak ingusan”, faktanya Gibran adalah aktor politik baru dengan pendekatan dan gaya politik baru yang disukai banyak anak muda.
Gibran punya kemampuan personal memobilasi dukungan sebagaimana Prabowo Subianto. Inilah yang menyebabkan Prabowo-Gibran menjadi “duet maut” yang menakutkan para kompetitornya. (*)
