AGAM, METRO – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Agam, menggelar sosialisasi dan pelatihan simulasi kebencanaan di SDN 21 Surabayo, Kecamatan Lubuk Basung, Rabu (6/2). Ratusan murid SD bisa mengetahui menghadapi kondisi bencana dan pascabencana.
Kepala SDN 21 Surabayo, Maimon Hidayat mengapresiasi kegiatan ini, karena sekolah yang dipimpinnya itu baru pertama kali mendapatkan sosialisasi dan pelatihan simulasi kebencanan. Simulasi diikuti 439 murid, 27 guru dan pegawai serta warga sekitar.
“Kita mengharapkan hasil dari kegiatan ini juga diperluas pada masyarakat, terutama keluarga sendiri,” ujar Maimon.
Menurutnya, simulasi merupakan pengetahuan yang sangat luar biasa, apalagi Kabupaten Agam rawan terhadap bencana. Sehingga ini sangat diperlukan untuk mengurangi resikonya. Terkait simulasi tersebut, Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan (PK) BPBD Agam, Yunaidi cukup bangga dan senang memberikan latihan simulasi gempa bumi terhadap sekolah. “Kita harus selalu siap siaga, sesuai motonya #AwakSiap AwakSalamaik,” ujar Yunaidi.
Ia menilai, kesiapsiagaan diri sendiri itu penting. Bila terjadi bencana presentase kesiapsiagaan diri sendiri mencapai 34.9 persen dan kesiapan keluarga 31,9 persen. Oleh sebab itu, menurutnya pembelajaran tentang kebencanaan perlu diberikan setiap sekolah.
Sejumlah sekolah tetap akan dilakukan latihan simulasi gempa dan bencana lainnya yang telah tercatat sering terjadi bencana lainnya.
“Hal ini menyikapi himbauan dan edaran Gubernur Sumbar tentang perlunya kesiapsiagaan dengan memperhatikan beberapa alat sarana dan prasarana kebencanaan,” ujar Yunaidi.
Dikatakan, simulasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Untuk hal semacam itu, Indonesia memiliki Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Badan ini juga memiliki rantai terkecil, yaitu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang bisa menjadi wadah kuat dalam masalah kebencanaan di Indonesia.
BNPB mengeluarkan buku saku yang melingkupi prosedur kedaruratan seperti gempa bumi, tsunami, gunung api, banjir, tanah longsor, angin puting beliung, gelombang pasang, kebakaran lahan dan hutan, kekeringan, kecelakaan transportasi dan lainnya. Buku ini telah secara lengkap memaparkan prosedur menghadapi bencana bagi masyarakat.
Karena masyarakat Indonesia dari kalangan berbagai usia sedari dini memerlukan bimbingan intensif terkait penanggulangan bencana. Bukanlah sekadar mengurangi dampak risiko keselamatan, namun menjadikan risiko bencana itu menjadi nol, yaitu melalui kegiatan pencegahan. Tentunya semua ini bisa berhasil melalui aksi cepat tanggap dan darurat dari masyarakat yang sudah mengenal, terbiasa dan telah terlatih dalam menghadapi risiko bencana.
Bisa menengok dan belajar dari negara dengan tingkat kewaspadaan bencana cukup tinggi, misalnya Jepang. Di Jepang, pendidikan kebencanaan diterapkan sejak dini dari bangku sekolah dan masuk kurikulum sekolah. (pry)