“Santri harus terus berkontribusi aktif dalam memajukan negeri melawan kebodohan dan ketertinggalan. Para santri adalah para pejuang dalam melawan kebodohan dan ketertinggalan. Santri juga turut berjuang dan mengambil peran di era transformasi digital, mengisi ruang-ruang digital untuk memperkuat literasi keagamaan yang moderat berdasarkan prinsip Islam rahmatan lil alamin (Islam rahmat bagi alam semesta),” sebutnya.
Padang Panjang, tambah Sonny, sudah dijuluki Kota Serambi Mekah sejak 1920. Semua itu tidak terlepas dari eksistensi ulama dan sekolah-sekolah Islam yang berkembang pesat di kota ini. Salah satunya adalah Perguruan Sumatera Thawalib atau Thawalib Putra tempat pelaksanaan upacara hari ini.
“Ibu Rahmah El Yunussiyah, adalah orang pertama yang mengibarkan bendera merah putih di sekolahnya, Diniyyah Puteri School, setelah mendengar berita proklamasi kemerdekaan Indonesia. Buya Hamka, Sutan Syahrir, A.A. Navis, Zainuddin Labay El Yunusy dan masih banyak lainnya, adalah tokoh-tokoh pesantren Padang Panjang yang berjuang untuk Indonesia,” tambahnya.
Belajar dari sejarah kota ini dan riwayat para tokoh yang membesarkan nama Padang Panjang tersebut, Sonny berharap untuk para santri Padang Panjang dan Indonesia secara umum dapat menghayati tema Hari Santri 2023 ini dengan sebaik-baiknya, “Jihad Santri Jayakan Negeri”. Turut hadir pada kegiatan tersebut, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Nasrul, S,H, M.Si, Kepala Kantor Kemenag, Drs. H. Alizar, M.Ag, pimpinan Yayasan Thawalib beserta undangan terkait lainnya. (rmd)
