Oleh: Reviandi
Akhirnya pasangan Capres-Cawapres ketiga sudah dipastikan atas nama Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Dua sosok yang memiliki jarak umur yang sangat jauh, 72 dan 36 tahun. Persis dua kali lipat. Hal itu diungkapkan langsung oleh Prabowo Subianto yang menyebut, deklarasi akan digelar Senin (23/10).
Meski mengatakan akan deklarasi Senin, tapi kabarnya bukan langsung ke Kantor KPU RI. Pasangan ini masih memilih ‘santai’ dan mendatangi KPU di hari terakhir atau penutupan pendaftaran Capres-Cawapres, Rabu (25/10). Entah strategi apa yang digunakan Koalisi Indonesia Maju (KIM) mengambil waktu-waktu terakhir tersebut.
Hadirnya Prabowo-Gibran, menepis isu yang sempat beredar, kalau Partai Golkar dan Demokrat akan keluar dan membentuk koalisi keempat. Dengan menduetkan Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto sebagai calon Presiden dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai calon wakil Presiden. Pasangan Airlangga-AHY ternyata hanya hoaks semata.
Apalagi, informasi resmi pasangan Prabowo-Gibran ini keluar pertama kali dari mulut Ketum Golkar sendiri pada acara Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Golkar, Sabtu (21/10). Acara yang dihadiri oleh Prabowo yang merupakan Ketua Umum Partai Gerindra dan Menteri Pertahanan, serta Gibran yang merupakan Wali Kota Surakarta, yang juga putra Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Resminya Gibran ‘menggeser’ nama Menteri BUMN yang juga Ketum PSSI Erick Thohir kembali membuat heboh negeri. Sebelumnya, Mahkamah Konstitusi (MK) baru saja mengabulkan gugatan terkait umur Capres-Cawapres yang tetap minimal 40 tahun, kecuali sudah pernah menjadi kepala daerah hasil pilihan langsung masyarakat.
Sejak 16 Oktober 2023 itu, banyak yang yakin, putusan itu akan memuluskan langkah Gibran menjadi Cawapres Prabowo. Meski Gibran masih tercatat sebagai Wali Kota Surakarta dan kader PDI Perjuangan. Ditambah saat deklarasi dan pendaftaran ke KPU pasangan yang diusung PDIP dan PPP Ganjar Pranowo dan Mahfud MD, tidak ada Gibran. Presiden Jokowi juga tak terlihat karena sedang menjalankan tugas luar negeri.
Dua kata yang sering muncul dengan Gibran yang dipinang Prabowo adalah politik dinasti. Apa itu politik dinasti? MK sendiri dalam situs resminya, mkri.id menyebut, politik dinasti diartikan sebagai sebuah kekuasaan politik yang dijalankan oleh sekelompok orang yang masih terkait dalam hubungan keluarga. Dinasti politik lebih identik dengan kerajaan. sebab kekuasaan akan diwariskan secara turun temurun dari ayah kepada anak. Agar kekuasaan akan tetap berada di lingkaran keluarga.
Dari apa yang diterangkan MK itu, sangat jauh kata politik dinasti dari apa yang terjadi pada Gibran dan Jokowi. Karena, Presiden yang akan habis masa jabatan 20 Oktober 2024 tidak bisa serta merta langsung mewariskan jabatan itu kepada Gibran begitu saja. Yang terjadi hari ini, Gibran harus bersaing dengan banyak orang menjadi Cawapres, dan berjuang bersama-sama Prabowo dan koalisi memenangkan hati rakyat pada Pilpres 2024.
Posisi yang akan diisi Gibran itu juga jauh dari Jokowi. Gibran hanya dipasangkan sebagai Cawapres, bukan Capres. Perjuangan Gibran menjadi wakil Presiden juga harus menghadapi dua pasangan calon yang juga kuat, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar yang diusung Partai NasDem, PKB dan PKS, serta Ganjar Pranowo-Mahfud MD yang dijagokan PDIP dan PPP.
Hal itu juga sangat dipahami oleh Gibran sendiri, saat jabatan Wali Kota yang diembannya disebut sebuah ‘warisan’ dari Jokowi. Yang mengatakan adalah politisi senior PDIP Panda Nababan yang mengungkit sejarah di balik Pilkada Solo/Surakarta. Panda mengatakan Jokowi menemui Megawati untuk mengajukan nama Gibran di Pilkada 2020 lalu.
















