Jon menambahkan Pemkab Solok sudah pernah mengajak para ninik mamak, tokoh masyarakat, tokoh muda di sekitar Gunung Talang melakukan studi banding ke daerah yang berhasil menjalankan proyek geothermal. Yakni ke Sumatra Utara dan Solok Selatan. Usai studi banding itu menurut Jon, para tokoh dan ninik mamak di kawasan Gunung Talang setuju bahwa geothermal dapat berdampingan dengan kehidupan pertanian masyarakat.
Jon menyampaikan apresiasi tinggi atas upaya Pemerintah Pusat, dalam hal ini Kementerian ESDM, untuk tanpa lelah mengembangkan potensi panas bumi di Gunung Talang, dari awal hingga akhirnya bisa sukses menyelenggarakan proses tender di tahun 2016, yang menghasilkan komitmen investasi dari Hitay Energy untuk mengelola potensi 65MW di kabupaten berbukit tersebut. Namun dia menyayangkan komunikasi awal saat pihak perusahaan yang akan menggarap geotermal di Gunung Talang tidak baik. Saat itu stakeholder dari Pemkab Solok, menurut Jon, sedikit bersikap arogan kepada masyarakat. Harusnya, kata dia, masyarakat di kawasan Gunung Talang diberikan persuasi dan pemahaman komprehensif tentang potensi energi panas bumi yang tidak akan merusak lingkungan sekitar.
Jon menyebut sebenarnya bila proyek geothermal di Gunung Talang berjalan, kawasan yang dibutuhkan perusahaan tidak lebih dari 2 hektare untuk menggali lobang. “Memang untuk membukanya agak luas. Tapi yang dibutuhkan untuk pembangkitnya itu kan hanya 2 hektare,” kata Jon.
Jon menilai hingga saat ini ada sebagian kecil masyarakat yang menolak masuknya proyek geothermal di kawasan Gunung Talang dinilai karena ada provokasi dari pihak luar. Selain itu, kata dia, ada juga sebagian kecil masyarakat yang termakan dengan provokasi pihak luar itu kemudian berusaha mempengaruhi masyarakat yang lain. Di mana mereka ditakut-takuti bila proyek geothermal masuk, lahan pertanian akan rusak, rumah mereka dipindahkan dan akan terjadi bencana alam. “Hanya sebagian kecil masyarakat yang menolak. Karena masalah komunikasi saja. ‘Ada Yang Tertinggal’. Begitulah bahasanya. Lalu memprovokasi masyarakat yang lain,” ujar Jon.
Sebagai Wakil Bupati sekaligus juga anak nagari di Salingka Gunung Talang serta berlatar belakang sebagai petani, Jon mendukung hadirnya pembangunan proyek geothermal. “Proyek tersebut tidak akan mengganggu aktivitas pertanian,” katanya sambil memastikan tidak akan ada masyarakat kaki Gunung Talang yang akan tergusur akibat hadirnya proyek yang akan dibangun oleh perusahaan asal Turki tersebut. (rom)
