Kapten Moed diketahui selama ini juga berada di Komunitas Kreatif Kupi Batigo, pimpinan dari Yulviadi Adek (Abang Adek), memang sudah tidak asing lagi bagi para komunitas kreatif muda (milenial) di Kota Padang.
Lebih Lanjut Kapten Moed menjabarkan karya seni ini berkaitan dengan pemaknaan visualisasi. Semua bagian representasi karya berkaitan dengan beberapa di antara banyak pepatah dan petitih di Minangkabau. Misalnya “Bajanjang Naik, Batanggo Turun”.
Kemudian terdapat petatah petitih terkait sistem kepemimpinan masyarakat Minangkabau yang kerap disebut “tungku nan tigo sajarangan, tali nan tigo sapilin”. Artinya terdapat sistem yang saling melengkapi dan menguatkan.
Karya ini juga sebuah kritikan sekaligus pengingat terhadap perubahan dan perkembangan zaman. “Tidak semua generasi muda Minangkabau yang mengetahui pepatah petith ini. Apalagi menerapkannya dalam pemikiran dan cara bersikap mereka dalam keseharian, “ ujarnya .
Untuk tujuan Festival Pusako dikatakan, semacam pengalaman dialog kreatif terhadap penghayatan masa lalu dalam identitas dan pengalaman yang menggambarkan narasi akar tradisi. “Bisa dilihat betapa banyak generasi Minangkabau saat ini yang acuh bahkan terjatuh pada pemahaman kebudayaan populer yang padahal itu bukan jati diri mereka, “ pungkasnya. (rel/fan)
