“Kita melalukan penyesuaian di sana, bagi generasi budaya yang beragama Islam, kita ajak kembali ke masjid, wirid remaja, didikan subuh dan sebagainya. Bahkan juga kita perlombakan di kecamatan mengenai prosesi penyelenggaraan salat jenazah,” kata Jasman.
Terkait generasi muda yang tidak beragama Islam, terang Camat, juga diperhatikan. Tentu, pembinaan tersebut menyesuaikan dengan agama yang diyakini. Sebab Padang Selatan ini merupakan kawasan heterogen.
“Kemudian, inovasi bernama Padang Tacelak dalam semua sektor. Jika bahasa yang muda-muda ialah glowing. Glowing tersebut baik itu agama, pendidikan, ekonomi, sosial. Semua elemen itu kita satukan untuk kemajuan Padang Selatan,” ungkapnya.
Selanjutnya, melakukan pembersihan di Sungai Batang Arau yang sejuah ini sudah membersikan sekitar 18 bangkai kapal. “Kita melihat dari sisi Ketertiban, Kebersihan dan Keindagan (K3). Sebab, yang akan menikmati Sungai Batang Arau ialah masyarakat. Menariknya, pembersihan di Sungai Batang Arau ini sifatnya gotong royong dan melibatkan semua pihak,” tuturnya.
Adapun inovasi selanjutnya ialah, jelas Camat, sedang bekerjasama menjajakan dengan Politeknik Negeri Padang (PNP) bagaimana sampah yang terdapat di Palinggam untuk membuat alat otomatis, ban berjalan.
“Jadi setiap saat ban itu berjalan, dia akan otomatis. Jika manual terus, petugas sendiri memiliki batasan seperti tenaga. Namun kalau mesin atau mekanik dirasa akan membantu. Mudah-mudahan, ke depan tidak memerlukan teknologi yang terlalu tinggi,” harapnya.
Terkait dengan penghargaan yang diperoleh, Camat mengaku, sebagai manusia memiliki rasa bangga. Namun, di satu sisi dihadapkan pada suatu tantangan.
“Di balik capaian ada tantangan yang harus kita tingkatkan. Artinya di balik rasa senang tadi, menunggu tugas berat yang harus kita selesaikan bersama-sama. Insya Allah, Padang Selatan bisa menyelesaikan hal tersebut,” tutupnya. (cr2)




















