Dahnil mengatakan adanya saling menyinggung secara pribadi ini membuat politik menjadi tidak sehat. “Jadi jangan kemudian rajin mengejek sehingga nanti kompetisi kita itu tidak sehat,” katanya.
Oleh sebab itu, dirinya memberikan pesan kepada OSO agar berkompetisi dengan baik. “Makanya hari ini saya sampaikan kepada Pak OSO, Pak OSO kita berkompetisi dengan baik, tidak perlu mengejek satu dengan lainnya. Ayo kita berkompetisi berlomba-lomba dalam kebaikan,” imbuhnya.
Seusai mendengar respons tersebut, Serfasius menyatakan bahwa pernyataan OSO bukan tertuju kepada Prabowo seperti yang disebut oleh Dahnil. Pro dan kontrak pendukung Prabowo dan OSO ini juga pastinya menyerempet kepada Ganjar Pranowo. Ganjar yang saat itu terlihat salah tinggah, juga sempat hampir dirujak netizen di media sosial. Untung Ganjar tak tertawa sehingga dia bisa ‘selamat.’
Video OSO yang juga Ketua Umum Gebu Minang ini sudah sangat viral dan menimbulkan banyak reaksi dari netizen. Beberapa di antaranya meminta OSO kenalan dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang juga sukses membangun Rusia jadi negara besar meskipun tak pernah memperlihatkan sosok ibu negara. Sampai saat ini, kehidupan pribadi Vladimir Putin memang masih menjadi misteri.
Ia disebut memiliki hubungan spesial dengan beberapa wanita. Tapi setelah bercerai dengan Katerina Tikhonova, Putin hingga kini disebut menjalin kasih dengan Alina Kabaeva. Bagaimanapun, Vladimir Putin bisa disebut cukup sukses membuat image Rusia sebagai negara besar dan kaya raya meskipun banyak mendapat cemoohan karena disebut memulai perang.
Memang, soal punya pasangan atau tidak, belum menjamin seorang bisa menjadi pemimpin yang baik atau tidak. Tidak berlaku hanya untuk laki-laki pastinya. Begitu juga dengan perempuan, mau punya pasangan atau tidak, kalau memang punya kualitas, kapasitas dan kreativitas yang baik, akan cocok dan berpeluang sukses menjadi pemimpin.
Siapapun orangnya, di balik kekurangan ataupun hal-hal negatifnya, banyak hal yang merupakan kelebihannya. Apalagi seorang Prabowo Subianto yang sebagaian besar hidupnya dijalani sebagai tentara, prajurit di lapangan. Bukan prajurit di belakang meja. Banyak hal yang telah dilakukannya untuk negara ini dengan mempertaruhkan jiwa, raga dan nyawanya sendiri.
Sebenarnya, daripada sibuk mencari kelemahan orang lain, sebaiknya fokus memperbaiki diri dan calon yang sedang diunggulkan. Karena banyak hal yang harus diperbaiki jika ingin menjadi pemimpin. Bukan sekadar pandai pencitraan dan melakukan aksi-aksi yang dipuji rakyat, sehingga melenggang dalam kontestasi.
Harus ada seusatu yang lebih, agar masyarakat benar-benar bisa mendapatkan manfaat hadirnya seorang pemimpin. Bukan pemimpin yang terus memanfaatkan rakyatnya untuk kepentingannya dan golongan saja. Sudahilah politik saling menyerang pribadi dengan mengungkapkan fakta-fakta yang tidak perlu. Cobalah berpolitik dengan baik.
Aktivis HAM dari Papua, Natalius Pigai pernah berujar, “Pendukung para Capres tidak seharusnya mengejek atau mengolok lawan politiknya secara pribadi. Para pendukung masing-masing kubu baiknya mengkritik gagasan dan ide yang dicetuskan para Capres.” Betul juga pak Pigai, semoga ada gagasan dan ide brilian yang muncul jelang pendaftaran Capres-Cawapres. (Wartawan Utama)
















