Beberapa kader PKS memilih tetap turun ke lapangan, tapi lebih fokus membawa nama partai saja. Sembari memantau apa keputusan DPP dalam satu atau dua hari ke depan. PKS selama ini memang sudah melakukan sosialisasi partai dan Anies sebagai Capres. “Kami tetap turun ke bawah, tapi sementara fokus ke partai saja. Apalagi sedang banyak kegiatan PKS sekarang di Kabupaten dan Kota se-Sumbar,” kata kader inti PKS yang tak mau dituliskan namanya.
Berbeda dengan pengurus Demokrat sampai para kader dan simpatisannya di Sumbar. Kemarahan DPP Demokrat dengan deklarasi ini, membuat pendukung Demokrat juga mengambil sikap. Meski sebenarnya, Demokrat di Sumbar juga belum begitu serius membantu Anies sosialisasi. Kader dan Bacaleg Demokrat lebih memokuskan memastikan Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dapat perahu mengarungi Pilpres, baik Capres atau Cawapres.
Saat kedatangan ke Sumbar bulan lalu, NasDem dan PKS menggelar rangkaian acara besar untuk Anies. Namun Demokrat lebih memilih adem dan hanya menyambut Anies alakadarnya. Tidak ada acara khusus untuk Bacapres, bahkan acara internal Demokrat saja juga tak terlihat. Demokrat di Sumbar sepertinya tahu, kalau koalisi ini belum begitu sempurna dan masih bisa berubah. Akhirnya, DPP Demokrat resmi menarik diri dari koalsi Perubahan yang mengusung Anies, Sabtu (2/8/2023).
Ketua DPD Demokrat Sumbar Mulyadi mengaku masih mengkomunikasikan kepada jajaran dan kadernya. Belum mau menjelaskan langkah apa yang akan diambil Demokrat, khususnya Sumbar. “Mungkin akan ada rapat dengan seluruh DPD Demokrat se-Indonesia untuk mendapat masukan terhadap hal ini,” kata Mulyadi.
Sementara kepada media, Kepala Bakomstra DPD Demokrat Sumbar Ari Prima mengatakan, pihaknya sudah melakukan take down konten-konten berbau Anies di media sosial. Untuk penurunan baliho dan alat peraga kampanye lainnya yang memuat Anies selama ini tidak terlalu masif di Sumbar. Banyak caleg dari Partai Demokrat di Sumbar tidak memasang foto Anies.
DPD Demokrat Sumbar tegak lurus dengan arahan DPP. Namun pihaknya masih menunggu arahan lengkap tentang arah atau sikap politik berlambang bintang mercy itu dari DPP. “Soal baliho yang memuat gambar Anies dari Demokrat tidak masif di Sumbar. Kalaupun ada, itu harus di-take down semuanya,” kata Ari.
Kalau PKB, di Sumbar mungkin tidak terlalu besar. Bahkan, sejak deklarasi Prabowo dulu, kader dan Bacaleg PKB sangat jarang memasang baliho memuat Prabowo. Mungkin akan sangat berbeda saat Anies-Imin dideklarasikan. PKB di Sumbar mungkin akan lebih masif, apalagi Ketum PKB didapuk menjadi Bacawapres.
Ketua Harian DPW PKB Sumbar Firdaus, menargetkan perolehan suara Anies-Imin 80 persen. PKB Sumbar menurut Firdaus akan mengerahkan segala tenaga untuk mencapai target tersebut. “PKB Sumbar optimistis, pasangan calon presiden dan wakil presiden, Anies-Muhaimin, akan menang dengan perolehan suara 80 persen pemilih di Sumbar,” kata Firdaus, anggota DPRD Sumbar.
Dinamika itu masih bergoyang keras di pusat. Keberanian deklarasi Anies-Imin sebenarnya patut diacungkan jempol. Ini sebuah langkah yang jauh lebih maju dari calon-calon lain. Tapi jarak ke pendaftaran Capres-Cawapres 19 Oktober-25 November 2023 membuat pasangan ini riskan. Berpotensi bubar, dibubarkan, pecah, dipecahkan, membubarkan diri atau memecahkan diri.
Baiknya kita ingat kembali apa yang disampaikan Anies Baswedan saat deklarasi, “Ini niat baik, Bismillah. Berangkat kita. Jadi Cak Imin, you are the second victim hahahahaha.” Kalimat yang menjadi misteri dari pasangan ini. Kalau Cak Imin victim (korban) kedua, artinya Anies yang pertama. Semoga tak ada victim yang kedua dan ketiga. (Wartawan Utama)
















