Oleh: Reviandi
SETELAH pengumuman daftar Caleg sementara (DCS) pada 19 Agustus lalu, banyak pertanyaan tentang nama-nama yang beredar, tapi tidak terlihat di DCS. Ada juga yang nomor urutnya sudah disebar dalam berbagai alat peraga, tapi berbeda dengan yang terlihat di daftar yang dirilis Komisi Pemilihan Umum (KPU) itu. Banyak yang bisa diulik sebelum daftar Calet tetap (DCT) diumumkan sekitar 19 September 2023.
Di Dapil Sumbar II, ada Bupati Padangpariaman dua periode (2010-2015 dan 2016-2021) Ali Mukhni yang sebelumnya disebut telah pindah dari Partai Perindo ke Partai NasDem. Beritanya lumayan heboh, karena Ali sebelumnya pernah menjadi Ketua DPW Partai Amanat Nasional (PAN) Sumbar. Ali semakin dikenal sebagai ‘kutu loncat’ politik di Sumbar. Dia juga pernah jadi Ketua DPD Gerindra Sumbar.
Setelah resmi hijrah ke NasDem dan mendapatkan restu langsung dari Ketum Surya Paloh, Ali Mukhni mulai memasang alat peraganya. Tidak sekadar pengenalan diri, tapi juga memasang nomor urut 6 di bawah fotonya. Artinya, Ali akan ditempatkan NasDem di nomor urut terakhir di Dapil Sumbar II yang punya enam kursi.
NasDem 2019 tidak memiliki kursi di Dapil itu, kalah dari Gerindra, PKS, Demokrat, PAN, Golkar dan PPP. Karena itulah kemungkinan Ali dimasukkan oleh NasDem di Dapil ini. Karena 6 nama sebelumnya dianggap belum bisa menjamin satu kursi yang sangat berat itu. 2014 pun, NasDem tak mendapatkan kursi saat PDIP yang sukses ‘merebut’ kursi PAN.
Jika benar Ali Mukhni akan muncul dengan nomor urut 6 di DCT, kemungkinan dia akan menggeser Basril Syafrizal yang juga orang Piaman. Karena, dua perempuan tidak mungkin. Nama-nama lainnya juga berat digeser Ali, seperti mantan anggota Fraksi PDIP DPR RI 2014-2019 Agus Susanto (nomor urut 2), mantan Bupati Limapuluh Kota Irfendi Arbi (5) dan mantan Anggota DPRD Agam dari Demokrat Mastoti Surya (3).
Yang pasti, NasDem akan sangat terbantu dengan masuknya Ali Mukhni. Pernah menjabat dua kali Bupati, sekali wakil Bupati mendampingi almarhum Muslim Kasim dan Calon Wakil Gubernur 2020 yang mendapatkan dukungan masif dari Piaman. Tentu akan membantu mendongkrak suara NasDem yang harus sampai 100 ribu untuk mengunci satu kursi.
Partai Golkar juga disebut-sebut masih akan merombak susunan Calegnya di Dapil II jelang DCT. Komposisi nomor urut 1 John Kenedy, 2 Desrizal, 3 Dhifla Wiyani, 4 Muhammad Rahmad, 5 Roosdinal Salim dan 6 Septri Lisayani dirasakan masih meragukan untuk mengunci kursi. 2019 Golkar hanya mendapatkan kursi ke-5 dengan suara pas-pasan. Bupati Pasaman Benny Utama dipastikan akan maju dari Partai Golkar. Dia telah menyatakan mengundurkan diri per 22 Agustus 2023. Benny akan menjadi saingan berat John Kenedy Aziz.
Tidak hanya Golkar, PDIP disebut juga akan kembali menghitung peluang kursi di Dapil yang terdiri dari Padangpariaman, Kota Pariaman, Agam, Bukittinggi, Pasaman, Pasbar, Payakumbuh dan Limapuluh Kota ini. Karena, Irjen Fakhrizal yang diunggulkan sejak awal, ternyata memilih Dapil Sumbar I dan dirasakan bahaya untuk Dapil II.
Nama-nama Caleg seperti nomor urut 1 Yuhastihar, 2 Aswandi, 3 Afriyani, 4 Asep Ajidin, 5 Martias Tanjung dan 6 Residawarti dirasakan partai berlogo banteng moncong putih masih kurang. Karena, ternyata 2014 terbukti, PDIP bisa mendapatkan satu kursi di Dapil yang disebut-sebut kurang ramah untuk mereka itu.
Partai Ummat kemungkinan juga akan merombak sedikit Calegnya. Mengingat nama Ketua Partai Ummat Sumbar Taslim Chaniago tak terlihat di DCS DPR dan maupun DPRD Dapil Sumbar III (Agam dan Bukittinggi). Taslim disebut akan menggeser satu dari nama-nama yang telah tersusun seperti 1 Ardi Sofia, 2 Muhammad Fadhli, 3 Novi Azman, 4 Herry Kamaroesid, 5 Irwanto dan 6 Dwi Palupi.
Beranjak ke Dapil Sumbar I ada hal unik yang terlihat akhir-akhir ini. Yaitu alat peraga Asnawi Bahar yang tertulis nomor urut 3. Padahal di DCS, pengusaha terkenal asal Sumbar ini berada di nomor urut 2. Dari informasi yang beredar, nomor Asnawi tergeser oleh incumbent Athari Gauthi Ardi yang dalam DCT berada di nomor urut 5. Putri Bupati Solok Epyardi Asda ini diprediksi akan kembali mendapatkan nomor urut 1 dalam DCT. Sama seperti Pemilu 2019 lalu. Paling tidak, Athari ditempatkan di nomor urut 2.
Karena itulah nomor Asnawi turun ke 3 dan secara berutan juga menggeser nama-nama lain, seperi Banta Tjut Isya dari 3 ke 4, Dean Ali Chaidir dari 4 ke 5 sementara 6,7 dan 8 tetap diisi Muh Nadrika, Nusirwan dan Tommy Hidayat. Namun Dean Asli Chaidir juga sudah terlihat memasang nomor urut 2 dalam alat peraganya. Jadi, PAN sepertinya masih mengotak-atik Calegnya.
Anggota DPD RI asal Sumbar Alirman Sori yang sudah berlabuh ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP) masih belum terlihat namanya di DCS. Also kemungkinan akan menggantikan satu nama laki-lali di Dapil yang di nomor 1 ditempati Bupati Solok dua periode Gusmal. Juga di nomor terakhir, 8 ditempati Erick Hariyona yang tak lain adalah putra Ketua DPW PPP Sumbar Hariadi. Erick sebelumnya pernah menjadi Bendahara DPD Partai Golkar Sumbar.
Agak berat Also bisa menggeser dua nama besar itu. Dengan tambahan Also, PPP akan membuka peluang membali mendapatkan kursi di Dapil I yang hilang 2019. Sejak 2009, kursi itu selalu ada untuk PPP atas nama Erpyadi Asda sampai 2014. Sayang, saat Epyardi pindah ke PAN dengan mengusung anaknya Athari, PPP seperti kehilangan kekuatannya.
Tiga nama yang dirasa bisa membuat suara PPP naik itu, Gusmal, Erick dan Also, bisa mengancam kursi terakhir Dapil Sumbar 1 yang kini diisi PAN atas nama Asli Chaidir. PPP harus mendapatkan suara sekitar 100 ribuan agar aman mendapatkan kursi. Karena juga diintai oleh PDI P yang juga kehilangan kursi pada Pemilu lalu. Ketua PDIP Sumbar Alex Indra Lukman, anggota DPRD Sumbar Leli Arni dan mantan Kapolda Sumbar Irjen Pol (pur) Fakhrizal akan bersaing dari partai merah ini.
Selain nama-nama di atas, masih ada peluang partai-partai lain juga merombak susunan Caleg mereka yang dianggap tidak memenuhi syarat (TMS) baik yang disengaja atau tidak. Karena, setelah pengumuman DCS juga membuat parpol mengevaluasi susunan nomor urut mereka dengan membandingkan dengan lawan-lawan di Dapil. Jika ada ‘orang besar’ yang masih berpotensi dimajukan, maka pasti akan didaftarkan. Kalau tidak, maka DCT akan sama dengan DCS.
Perubahan komposisi Caleg ini akan ditunggu-tunggu oleh para kader parpol, pengurus, Bacaleg sampai masyarakat umum. Banyak harapan agar menjadikan calon anggota dewan ke depan lebih baik dari yang ada saat ini. Tapi, para Bacaleg harus membaca apa yang disampaikan si jenius Albert Einstein. “Anda harus belajar aturan permainan. Dan kemudian anda harus bermain lebih baik dari orang lain.” Kalau pengganti tak lebih baik, maka tak perlu DCS ini diubah-ubah. Langsung sajalah jadikan DCT. (Wartawan Utama)
















