Leonardy sadar betul, kepopuleran adalah kunci menjadi anggota DPD RI. Alat peraga yang banyak dan tersebar merata di Sumbar, akan sangat membantunya untuk kembali terpilih. Karena pada periode 2014-2019, Leo hanya menjadi pengganti antara waktu (PAW) Irman Gusman yang ditangkap KPK. Tentu dia tak ingin lagi itu terjadi dan harus masuk dalam 4 besar langsung. PAW adalah takdir yang tidak bisa ditebak.
Sekarang, Leonardy dapat disebut politisi yang paling banyak balihonya di Sumbar. Tidak ada mungkin kecamatan yang jalan utamanya tanpa ada foto Bang Leo, pria yang pernah maju menjadi calon Gubernur 2005 yang dikalahkan Gamawan Fauzi. Saat itu dia berstatus Ketua DPRD Sumbar 2004-2009 dan 2009-2014 menjadi wakil ketua DPRD Sumbar dari Golkar. Jabatan Ketua Dewan Kehormatan DPD RI yang disandangnya hari ini, membuat kiprahnya lebih baik di Senayan.
Namun, dengan latar belakang yang sama, Partai Golkar, Leo hari ini mendapatkan saingan dari Hendra Irwan Rahim yang juga sudah lolos verifikasi KPU. Hendra saat ini anggota DPRD Sumbar dan pernah menjadi ketua DPRD Sumbar 2009-2014. Namun, yang membedakan Leo dan Hendra adalah, Leo dengan basis Agam dan mertuanya Piaman, sedangkan Hendra lebih fokus menggarap Tanahdatar.
Dari kalangan politisi, juga ada anggota DPRD Sumbar dari Fraksi Partai Gerindra Desrio Putra yang lolos. Jika Desrio mendapatkan dukungan penuh dari partainya, bukan tak mungkin dia bisa bersaing memperebutkan kursi ke-4 DPD ini. Apalagi, kader Gerindra lainnya, Nasta Octavian Abit gagal lolos verifikasi KPU dan memilih maju ke DPRD Pessel dari Gerindra.
Kegagalan putra Nasrul Abit itu bisa menjadi ‘berkah’ bagi Desrio yang disebut-sebut masih punya ikatan dengan banyak anggota DPRD Kabupaten dan Kota di Sumbar. Maklum, Desrio pernah menjadi Sekretaris DPD Gerindra Sumbar mendampingi Ketua DPD Nasrul Abit yang lebih sibuk bertugas sebagai wakil Gubernur Sumbar 2016-2021.
‘Politisi’ perempuan yang bisa membawa serta partai ke percaturan DPD adalah Yuri Hadiah, istri Ketua DPD PAN Sumbar Indra Dt Rajo Lelo. Jika Yuri dan Indra bisa mensinergikan pencalonan mereka, maka bisa saja suara pemilih PAN juga bisa diarahkan kepada Yuri. Apalagi, saat ini baliho Yuri mendampingi Indra juga sudah banyak terpasang di seantero Sumbar.
‘Kuda hitam’ lain di DPD ini mungkin Ustaz Jel Fatullah yag nama aslinya di pencalonan H Jelita Donal Lc. Jel adalah ustaz yang cukup terkenal di Sumbar dan sering digandeng oleh Ustaz Abdul Somad (UAS) saat kunjungan ke Sumbar. Putra asli Pariaman ini tinggal di Kota Padang, tapi juga punya basis massa di Bukittinggi, karena dekat dengan Wali Kota Erman Safar. Dengan latar belakang yang berbeda dari 16 calon lain, Ustaz Jel bisa berpeluang masuk empat besar.
Nah, coba kita lihat nama-nama calon DPD lainnya yang telah ditetapkan KPU dalam DCS. Mereka adalah, Abdul Aziz yang berasal dari Bukittinggi, Cerint Iralloza Tasya (Padang), Dirri Uzhzhulam Elok (Padangpariaman), Jhoni Afrizal, Dt.Hitam (Kab. Solok), Mevrizal (Padang), Nurkhalis (Padang), Rifo Darma Saputra (Jakarta Timur), Yonder Wf Alvarent (Padang) dan Yong Hendri Paduko Reno (Sijunjung).
Empat orang pasti akan terpilih dan diharapkan bisa mengemban amanah menjadi penyalur aspirasi daerah dan sekaligus memberi peran yang lebih besar kepada daerah dalam proses pengambilan keputusan terutama untuk kepentingan daerah. Tapi itu secara ideal, meski pada kenyataanya DPD tidak punya kuasa yang kuat di Senayan. Sangat lemah dibanding DPR.
Richard Buckminster “Bucky” Fuller, penulis visioner Amerika Serikat pernah berujar, “Politisi selalu bermanuver realistis untuk Pemilu berikutnya. Mereka sudah usang sebagai pemecah masalah mendasar.” Setidaknya DPD sudah ‘dimatikan’ oleh fungsi mereka sendiri, tapi tetap harus mendapatkan dukungan dari rakyat. (Wartawan Utama)
















