“Cuma mereka kan mendengar hasutan-hasutan orang yang punya kepentingan besar di situ. Karena ada orang-orang yang membangun kebun di kawasan hutan Pigogah ratusan hektare,” sambungnya.
Bahkan, dikatakan Zainarlis, sejumlah warga pendatang yang sudah diberikan penjelasan, tidak mau mengerti. Semakin diinformasikan semakin tidak percaya, malah semakin membuka hutan.
“Padahal, pembukaan hutan produksi itu tidak ada perizinannya, alias dibuka secara ilegal. Sekarang pun banyak dari Riau membeli kebun, dijualnya orang sana tanpa diketahui Jorong, ilegal itu,” jelasnya.
Sementara Pengurus Harian Masjid Raya Sumbar, Yuzardi Ma’at mengaku pihaknya kewalahan menghadapi ratusan warga Jorong Pigoga, Air Bangis, Kabupaten Pasaman Barat, yang berhari-hari menginap di Masjid Raya Sumbar.
“Selama pendemo menginap di Masjid Raya Sumbar, kenyamanan jamaah terganggu. Jamaah ada yang mengamati banyak warga yang menginap di masjid tersebut justru tidak shalat,” ungkap Yuzardi.
Dikatakan Yuzardi, pada siang hari, kawasan masjid dipenuhi jemuran pakaian. Karena warga tersebut mencuci pakaian dan menjemurnya di kawasan masjid. Pengurus juga kerap mendapati kotoran buang air besar di tempat wudhu.
“Kita jadinya malu sama jamaah dan tamu-tamu dari luar. Kewalahan sekali kami kalau mereka tetap di sini Masjid Raya Sumbar. Berkat bantuan aparat mengamankan masjid ini, kami berterima kasih. Semoga ke depan, tidak ada lagi yang seperti itu,” tutup Yuzardi. (*)




















