Masih dari PAN, ada pengusaha besar asal Sumbar, Asnawi Bahar yang pernah menjadi Ketua KADIN, Ketua Umum ASITA Pusat, dan berbagai organisasi lainnya. Asnawi juga pernah maju sebagai calon wali Kota Padang 2013 dari jalur independent, meski gagal. Dia juga mantan calon anggota DPD RI 2019 yang belum beruntung. Asnawi kini maju dari PAN dan sudah bergera mencari suara ke seluruh pelosok.
Tapi Rudi dengan tegas menolak menyerah mendapatkan satu kursi DPR RI itu. Dia mengaku sudah masuk dalam pemerintah daerah dan merasakan betul susahnya membangun daerah dengan jabatan ‘hanya’ wakil Bupati. Bahkan, agar anggaran dari pusat ini bisa cair, harus dekat dengan pusat.
Daerah tidak ada uang, harus diakui dan pembangunan tak bisa hanya mengandalkan APBD.Kebutuhan mendesak lainnya, serapan tenaga kerja dan pembangunan sarana prasarana yang lama dan rendah. Banyak hal yang bisa dibantu dari pusat jika ingin membantun daerah lebih baik.
Rudi juga mengatakan, Kabupaten Pessel merupakan lumbung padi. Namun, saat ini, petani hanya panen satu kali dalam setahun karena irigasi buruk, dan itu kewenangan memperbaiki itu ada di pusat. Rudi menyebut telah merasakan suka duka bekerja di pemerintahan dan kebutuhan dulu dan saat ini sudah berbeda.
Yang menarik, meski melawan tokoh-tokoh besar di Sumbar 1 dan orang hebat di internal PAN, Rudi tak gentar. Sebagai politisi, Rudi ternyata telah memiliki rencana cadangan. Dia menyebut, andai gagal menjadi anggota DPR, akan kembali bertarung menjadi calon Bupati 2024. Pastinya akan bersaing melawan incumbent Rusma Yul Anwar dari PDIP dan Hendrajoni dari NasDem.
Rudi yang sekarang masih berusia 41 tahun ini, dikenal sebagai putra asli Pessel yang berbasis di Tapan. Untuk menjadi anggota DPR, mungkin basis suara di Tapan saja tentu belum cukup. Setidaknya, Rudi harus mendapatkan minimal setengah dari suara Pilkada yang didapatnya bersama Rusma. Kalau tidak, dia hanya akan menambah catatan pernah menjadi calon anggota DPR RI.
Jika waktu Pilkada meraih 128.922 suara, minimal Rudi mendapatkan 60-70 ribu suara. Itu pun belum menjamin posisinya di kursi pertama PAN, tapi masih menunggu penghitungan kursi kedua. Apalagi, dari survei Indikator Politik Indonesia teranyar, Dapil 1 Sumbar dikuasai Gerindra. Indikator menyebut, Gerindra berpeluang mendapatkan 3 kursi. Andai demikian, kursi kedua PAN tinggal angan-angan. Karena lima kursi lain akan dibagi rata Demokrat, PAN, PKS, Golkar dan NasDem.
Tapi itu baru sebatas prediksi saja. Sebagai orang yang matang dalam manajemen BUMN, Rudi pastinya punya cara tersendiri meramunya dalam berpolitik. Hal itu terlihat saat Pilkada 2020 lalu, Rudi tidak tinggal diam dan menolak hanya disebut sebagai ‘bohir’ calon Bupati. Dia bekerja keras mendapatkan dukungan masyarakat, utamanya di basisnya di Tapan sampai ke batas Bengkulu. Untuk jadi anggota DPR, Rudi harus punya strategi yang lebih baik.
Langkah Rudi itu dapat disebut sebuah tekad yang kuat, ingin membangun Pessel atau Sumbar secara umum. Menjadi wakil Bupati sudah dirasakannya sekitar tiga tahunan, dan dirasakan belum cukup. Kita lihat saja, bagaimana politisi yang masih masuk kategori muda ini bergerak mendapat simpati masyarakat. Tak cukup dari Pessel, tapi juga harus mendapatkan dukungan dari 10 daerah lainnya.
Rudi telah bulat, dia telah menyerahkan surat pengunduran diri jadi wakil Bupati dan maju sebagai calon anggota DPR RI. Mungkin, apa yang disebutkan Franklin Delano Roosevelt, Presiden Amerika Serikat ke-32 mengena baginya. “Satu-satunya batasan untuk meraih mimpi adalah keragu-raguan kita akan hari ini. Marilah kita maju dengan keyakinan yang aktif dan kuat.” Rudi tak sedikitpun tampak ragu. Dia yakin maju dan menang. Dengan tetap memiliki rencana cadangan di masa depan. (Wartawan Utama)












