“Apalagi kita melihat di Sumbar, ada nama yang cukup sering disinggung yaitu Ketua Gerindra Sumbar Andre Rosiade. Di Sumbar begitu banyak balihonya, besar-besar. Saya lihat baliho Prabowo Subianto dan Andre Rosiade cukup banyak, bersaing dengan Anies bersama tokoh-tokoh lokal. Bahkan, Andre sudah seperti Cawapresnya Prabowo. Tapi tentu itu bukan soal baliho saja, tapi juga bagaimana kerja-kerja mereka di Sumbar,” katanya.
Naiknya survei Prabowo kembali, kata Efendi, dapat dikaitkan dengan temuan di lapangan, yaitu kerja keras semua elemen. Turun ke daerah, berkolaborasi dengan mesin partainya di daerah. “Saya rasa Andre Rosiade mencatat betul, dia pasti ingin lebih tinggi. Komunikasi politiknya strategis sekali. Sama seperti di tingkat pusat. Pak Jokowi sama Ganjar mungkin bersama sekali, tapi sama Prabowo empat kali,” katanya.
Poin lainnya, kata Efendi, dengan naik kembalinya survei Prabowo, artinya orang yang sempat marah kepada Prabowo karena bergabung dengan Jokowi mulai menurun. “Orang Sumbar marah, tapi apakah dendam atau tidak. Kenapa Capres kami masuk pemerintahan, jadi Menteri pertahanan. Mereka marah 2019. Seiring dengan perjalanan waktu, yang marah terpecah dua. Ada yang masih dendam, ada yang sudah berubah. Tidak menjadi dendam berkepanjangan. Orang egaliter punya sikap jelas,” katanya.
Efendi juga mencermati, naiknya dukungan generasi muda kepada Prabowo yang signifikan. “Mungkin saja mereka begitu memahami apa yang disajikan Prabowo dan Andre Rosiade di Sumbar. Di medsos, tim Prabowo di pusat atau daerah kuat. Golongan muda lebih gampang ke Prabowo. Dengan usaha tim Prabowo dan Andre, mereka mampu bertarung, khususnya media, medsos dan mulut ke mulut, berhasil. Kalau mulut ke mulut, orang Sumbar itu lebih pandai dengan carito lapau. Lebih hebat dari kantor berita manapun. Semua komplit di situ,” katanya.
Efendi mengucapkan selamat kepada Gerindra, Andre Rosiade, Tim 08 (Prabowo) dan timnya yang sudah berhasil mengejar ketertinggalan. Tiba-tiba menjadi terdepan. “Bahkan, kalaupun MK mengabulkan soal batas umur Capres-Cawapres dan Gibran masuk jadi wakil Presiden, tidak akan berpengaruh di Sumbar. Jadi, orang Sumbar tak perlu menunggu MK, walau Prabowo membawa Gibran jadi Cawapres,” katanya
Dosen FISIP Unand Ilham Aldelano Azre menyebut, luar biasa Sumbar, langsung dua peneliti yang menyampaikan hasil survei, Burhan dan Rizka Halida. Artinya, Sumbar penting untuk Indikator. Naiknya kembali survei Prabowo juga mendapatkan catatan, karena beberapa hal.
“Kemungkinan karena kader-kader atau anggota DPR-nya bekerja nyata di tengah masyarakat berakibat bada elektabilitas Prabowo dan Caleg. Apalagi Prabowo sebelumnya datang ke Sumbar sebulan sebelum survel dilaksanakan. Ini membawa perubahan luar biasa. Ini berpengaruh juga. Ini berdampak signifikan,” katanya.
Azre juga melihat, tim Anies Baswedan kurang pandai menjaga momentum suara yang sudah tinggi di awal 2023. “Kita melihat, apakah mereka benar tidak mampu menjaga suara yang telah ada. Kalau simulasi presiden ini, hanya 17 persen lagi yang menyatakan tidak tahu atau belum menentukan pilihan. Artinya masyarakat Sumbar sudah menentukan pilihan. Yang akan terjadi perang Anies dan Prabowo. Siapa yang saling curi suara ke depan. Meski angka yang tinggal itu tidak bisa berpangaruh. Mungkin yang dilihat adalah strong voternya lagi, apakah masih bisa berubah pilihan atau tidak,” katanya.
Direktur Survei Spectrum Politika Andri Rusta menyebutkan, Sumbar punya diferensiasi dalam dua Pilpres dari nasional. Apakah trennya kembali, akan dilihat di 2024. Survei Prabowo naik dari Januari ke Juli, sementara Anies turun dan Ganjar tetap. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal itu, kemungkinan karena kedatangan Prabowo ke Sumbar sebelum survei.
“Karena survei dilakukan dekat dengan kedatangan Prabowo ke Sumbar. Bahkan di beberapa tempat, pak Prabowo datang disambut masyarakat. Juga mengundang para tokoh dan menjelaskan alasan bergabung dengan Jokowi. Tidak berkhianat, tapi demi menyelamatkan bangsa. Ini mungkin berdampak kepada preferensi masyarakat terhadap Prabowo,” katanya.
Hal lainnya, karena kerja-kerja dari partai pendukung, utamanya Gerindra. Karena linear antara hasil survei Pileg dan Pilpres. Baik DPR RI dan DPRD Sumbar. “Berbanding terbalik dengan partai pengusug lain. Ada Caleg yang hanya berharap coat tail effect Capres saja, tapi tidak berdampak kepada Capresnya. Tidak disadari, Bacaleg ini tidak menambah suara Capres dan partai, tapi hanya mendapat dampak dari Capres saja.
“Kita melihat, Prabowo dan Anies sudah memenuhi eskpektasi orang Sumbar memilih pemimpin berdasarkan tokoh, takah dan tageh. Secara umum Prabowo dan Anies masih imbang di Sumbar. Pak Ganjar mungkin sudah diabaikan. Dinamika politik di Sumbar masih dinamis. Jangan hanya euphoria saja di masyarakat. Tapi harus mampu menjaga momentumnya,” kata Andri.
Gerindra Partai
Nomor 1
Peneliti Senior Indikator Politik Indonesia Rizka Halida menyebutkan, Partai Gerindra bisa memenangkan Pemilu legislatif baik di tingkat DPR dan DPRD Sumbar pada 2024. Berdasarkan pilihan partai DPR RI, top of mind, jika pemilihan anggota DPR RI diadakan sekarang ini, masih banyak yang belum menyatakan pilihan, mencapai 37,3 persen.
“Pada pertanyaan terbuka, ini paling banyak yang menjawab tidak tahu dan tidak jawab, sampai 37,3 persen. Yang sudah menjawab, secara spontan yang paling banayk disebut Gerindra 18,3% PKS%, 8.8, PAN 8.6%, Demokrat 8.5%, Golkar 8.0% dan NasDem 5.5%. Partai lainnya masih di bawah 2% saja,” katanya.
Sementara dari simulasi 18 nama dan lambang partai, katanya, Gerindra tetap unggul dengan 23,8% atau paling banyak dukungannya. Kemudian disusul PKS 11,5%, Partai Demokrat 11%, Golkar 10,6%, PAN 10%, dan NasDem 7.1%. Partai lain lebih rendah kurang dari 3%. Belum menjawab 19%. “Kami melihat Gerindra unggul dari setiap kelompok demografi, kelompok umur dan Pendidikan serta lainnya. Gerinda jauh unggul di bandingkan partai lain untuk DPR Dapil 1 dan DPRD Sumbar. Di DPR RI Dapil 2 agak berimbang dengan Demokrat,” katanya.
Bahkan, sebutnya, secara umum dari dua Dapil Sumbar 1 dan 2, serta Kabupaten dan Kota, Gerindra unggul. Mayoritas kab kota memilih Gerindra, meski ada variasi untuk beberapa wilayah seperti di Sawahlunto, Kabupaten Solok dan Padangpanjang dikuasai PAN. “Sekali lagi, semua masih bisa berubah,” katanya. (*)
