Selanjutnya Max dan Joras berkunjung ke SMAN 1 Padang Panjang di Kelurahan Guguk Malintang. Berdasarkan cerita Max, kakeknya dulu menjadi kepala sekolah di situ sekitar 1922 hingga 1930. Kakeknya bernama Cornelius. “Setelah istri kakeknya meninggal, mereka sekeluarga balik ke Belanda. Ibu Max saat itu baru berusia 3 bulan. Jadi lokasi Radio Bahana ini tempat kelahiran ibunya. Mereka mendiami rumah itu sejak 1927. Kakek dan neneknya lahir di Padang Panjang pada tahun yang sama kira-kira 1887,” ujarnya.
Diceritakan Fitri, Max dan Joras sangat terkesan di Padang Panjang. Apalagi setelah berkunjung ke Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (PDIKM). Satu kalimat yang terucap oleh Jovas disaat berpisah, orang Padang Panjang baik-baik dan ramah. “Senang sekali tempat ini pernah menjadi bagian dari keluarga kami,” ujar Fitri menirukan ucapan Joras.
Sementara itu, Kepala DPK, Yan Kas Bari, S.E menyampaikan rasa senang dengan hasil penelusuran sejarah tersebut. Dia berharap foto-foto Kota Padang Panjang tempo dulu yang mereka miliki bisa direpro dan ditempatkan di galeri arsip DPK. (rmd)














