Sekjen DPP PDIP, Dr Ir Hasto Kristiyanto memberikan kuliah umum bertajuk Tantangan Geopolitik Mewujudkan Indonesia Emas 2045, Rabu (5/7) di Convention Hall Universitas Andalas (Unand).
Dalam kesempatan itu Dr Ir Hasto Kristiyanto mengatakan, Bung Karno adalah pendekar pembebas negara Islam di dunia. Tapi ini tidak viral, tidak banyak yang tahu, karena disembunyikan penguasa di masa Orde Baru. Aljazair, Maroko dan banyak negara Islam lain merdeka, tidak bisa lepas dari andil Bung Karno yang menjadi Presiden di negara yang baru belasan tahun merdeka.
“Silahkan buka idiologi Geopolitik Bung Karno dan Bung Hatta, soal Aljazair, Bung Karno pidato di PBB, beliau tidak keder sampaikan kemerdekaan Aljazair meski harus melawan Perancis di Majelis Umum PBB tersebut,”ujar Hasto.
Dikatakannya, Geopolitik Bung Karno punya chemetry dengan Bung Hatta serta pikiran tokoh bangsa dari Ranah Minang. Hasto mangatakan, tokoh minang tidak sektarian, tidak identitas tapi global view bahkan universal. “Pemikiran orang minang itu adalah pemikir yang pandangannya untuk dunia, dan sarat global view,”ungkapnya.
Ia mengatakan, banyak pemimpin hebat dan visioner yang lahir dari Sumbar, Mereka memiliki pengaruh yang besar dan menjadi pelopor. “Jika berbicara visi Indonesia Emas 2045, jangan lupakan Muhammad Yamin yang berasal dari Sumbar sudah lebih dahulu melakukannya, lebih dari 600 dokter pernah berada di bawah beliau,”jelasnya.
Bahkan katanya, PDIP selalu melakukan kegiatan bertajuk Pekan Bung Hatta yang digelar setiap hari Kamis. “Ranah Minang itu tidak pernah kekurangan pemimpin yang menjadi pelopor, meski dari jumlah penduduk itu tidak banyak,” katanya.
Namun demikian, Hasto juga tidak menampik bahwa saat ini kualitas kepemimpinan di Sumbar sedikit berkurang.
Sementara itu, Rektor Unand Prof. Yuliandri menegaskan bahwa Unand membuka diri kepada tokoh politik nasional menjelang Pemilu 2024. Hal ini akan menjadi pembelajaran bagi civitas akademika ke depan.
“Perguruan Tinggi punya peran strategis dalam membangun kehidupan demokrasi bangsa dan negara yang perwujudannya adalah Pemilu sekali lima tahun,”ujar Prof Yuliandri.
Bahkan Prof Yuliandri menegaskan hadirnya Dr Hasto di Unand, menjadi pembuka pintu untuk Unand yang membuka diri dan pendidikan politik di kampus tidak tabu. “Yang tabu itu Kampus dijadikan kampanye politik, Capres dan Caleg. Hadirnya Pak Hasto hari ini menjadi pembuka Unand membuka diri terhadap pendidikan politik, apalagi Doktor pak Hasto itu Geopolitik,” ujar Prof Yuliandri.
Bahkan ke depan kata Prof Yuliandri, semua Capres akan diundang untuk share ilmu kepada mahasiswa di UNAND. “Kapan perlu Capres nanti kita undang mengisi kuliah umum di kampus ini,” ujar Prof Yuliandri. (***)
















