PDGPARIAMAN, METRO – Wakil Bupati Padangpariaman Suhatri Bur menyatakan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di setiap nagari di Kabupaten Padangpariaman dilaksanakan berbeda-beda.
”Mulai dari tradisi Bungo Lado hampir seluruh Nagari di Kabupaten Padangpariaman. Hasil bungo lado dipergunakan untuk pelaksanaan atau perehapan pembangunan sarana ibadah lokasi maulud nabi,” kata Wakil Bupati Padangpariaman Suhatri Bur.
Di Padangpariaman, tradisi bungo lado ini sudah dilakukan oleh warga setempat sejak dulu untuk menyambut datangnya Maulid Nabi 2018. Adapun maulid Nabi adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW pada tanggal 12 Rabiul Awal (kalender Islam). Kisah hidup Nabi Muhammad SAW sudah sepatutnya diketahui oleh umat Islam.
”Pemkab Padangpariaman sangat mendukung pelaksanana maulud ini, karena telah membantu mencarikan dana dengan berbagai jenis tradisi dalam nagari seluruh Padangpariaman untuk kelancaran proses pembangunan sarana ibadah.
”Kalau mengandalkan APBD jelas tidak akan cukup, karena itulah perlu kita dukung pelaksanaan maulid ini,” ungkap Suhatri Bur saat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Surau Gandang Limpato, Nagari Limpato Kecamatan VII Koto Sungai Sariak, kemarin.
Kemudian lagi katanya, masyarakat Kabupaten Padangpariaman dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dengan menggelar tradisi malamang dan makan nasi bajamba. Tradisi tersebut telah dilaksanakan secara turun temurun. ”Nasi dan lemang nantinya untuk disumbangkan untuk kelancaran pelaksanaan maulid,” ujarnya.
Kondisi tersebut katanya, karena masing-masing keluarga sedikitnya mengeluarkan biaya Rp 500 ribu untuk menyambut Maulid Nabi dengan “Malamang” yang dilakukan penuh keikhlasan tanpa paksaan.
Lemang itu sendiri terbuat dari beras ketan putih yang dimasukkan dalam batang bambu kemudian dibakar. Lemang akan dibawa para ibu-ibu ke surau atau masjid tempat warga melakukan zikir dan berdoa.
”Malamang merupakan tradisi penghormatan bagi keluarga yang meninggal. Selain itu, juga dilakukan pada peringatan Maulid Nabi. Tradisi ini akan terus kita lestarikan,” ujarnya.
Selain Malamang, Maulid Nabi yang biasa diperingati hampir sepanjang tahun itu juga digelar acara berzikir di sejumlah surau suku sekaligus mengumpulkan sumbangan untuk pembangunan rumah ibadah.
”Jadi, peringatan Maulid Nabi ini memiliki banyak tradisi dari beberapa korong (desa) membawa “bunga lado” atau pohon uang dari masyarakat, yang nantinya uang akan disumbangkan untuk pembangunan rumah ibadah.
Ribuan warga satu nagari datang ke masjid untuk mengikuti kegiatan berdzikir, bersalawat, dan makan bajamba (makan bersama). Inti dari kegiatan itu, selain memperingati Maulid Nabi juga sebagai ajang silaturahmi warga. Kegiatan serupa juga digelar sejumlah surau di desa-desa di Kabupaten Padangpariaman,” tandasnya. (efa)














