SOLOK, METRO – Kelurahan Kampung Jawa, Kota Solok, berhasil masuk dalam enam besar nasional dalam penilaian Desa Pangan Aman yang diadakan oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) RI. Tim verifikasi lapangan Desa Pangan Aman secara langsung mengunjungi Kota Solok dan diterima langsung oleh Wawako Solok, Reinier di Kantor Lurah Kampung Jawa, Selasa (22/1).
Tim penilai terdiri dari BBPOM Nasional dan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI, yang diketuai A A Nyoman Mertanegara, serta anggota Ratna Wulandari dan Sarastuti.
Turut hadir, Kepala BBPOM Padang DrsMartin Suhendri, Ketua TP PKK Kota Solok, NyZulmiyetti Zul Elfian, Ketua Dharma Wanita Kota Solok, Ny Ria Rusdianto, Asisten II Setda Kota Solok, Jefrizal, para Kepala OPD, camat, lurah, niniak mamak, bundo kanduang serta masyarakat Kelurahan Kampung Jawa.
Kepala BBPOM Padang, Martin Suhendri menyebutkan, Gerakan Keamanan Pangan Desa (GKPD) yang dilakukan oleh BBPOM dimaksudkan untuk menjaga stabilitas pangan nasional. Meskipun awalnya Kota Solok tidak termasuk nominasi, namun Kota Solok tetap berusaha memakai dana sendiri dan telah melakukan penerapan keamanan pangan sebelum yang lain memikirkan.
“Kami mengapresiasi Pemko Solok yang telah berusaha memikirkan generasi 15-20 tahun mendatang dengan menjaga pangan. Semua jajanan anak sekolah di Kota Solok telah terbukti tanpa boraks, formalin dan zat berbahaya lainnya,” sebut Martin.
Kelurahan Kampung Jawa ini, semenjak 2017 sampai sekarang secara mandiri telah melakukan pengawasan dan berhasi menjadi Desa Pangan Aman dan masuk nominasi 6 besar nasional.
“Kami dari BBPOM sangat mengapresiasi komitmen dari Pemko Solok dan masyarakat yang telah mewujudkan desa pangan aman,” lanjutnya.
Sementara itu, Wawako Solok, Reinier mengucapkan terimakasih kepada Camat, Lurah, masyarakat serta Kader GKPD Kampung Jawa yang telah berhasil menjadikan Kelurahan Kampung Jawa sebagai Desa Pangan Aman.
“Persoalan pangan adalah hal yang harus kita tanggapi dengan keseriusan. Masalah pangan merupakan masalah utama dalam kehidupan manusia. Dinas Pangan, Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian dan Dinas Pendidikan, serta unsur lainnya secara bersama-sama mengawasi pangan yang ada di Kota Solok,” tukasnya.
Ia menjelaskan, persoalan mendasar bidang pangan bukan hanya karena ketidaktahuan, tetapi juga dari perilaku, kepedulian, perekonomian, dan lain sebagainya. Dampak buruk pangan memang tidak terlihat langsung, namun akan dirasakan dikemudian hari.
“Seluruh warung, pedagang yang ada diberikan perhatian secara terus-menerus dan berkesinambungan melalui BBPOM, kita juga mendapatkan momen yang sangat berarti. Kita di Kota Solok akan meningkatkan kekurangan untuk menjadi lebih baik lagi untuk tahun-tahun berikutnya,” tutup Reinier. (vko)